Harga Cabai Riau Anjlok Drastis dari Rp120 Ribu! Emak-emak Kini Bisa Bernapas Lega
Pedagang cabai merah menjajakan dagangannya di pasar - Mediacenter.riau ---
RIAU, DISWAY.ID - Kabar gembira buat kamu warga Bumi Lancang Kuning! Jangan sampai ketinggalan update terbaru dari pasar hari ini. Jika minggu lalu kamu harus mengelus dada karena harga cabai merah melambung tinggi hingga menembus angka gila Rp120.000 per kilogram, sekarang saatnya kamu tersenyum lebar. Harga si "pedas" ini akhirnya terjun bebas ke level yang jauh lebih masuk akal. Penurunan harga ini tentu menjadi angin segar, terutama buat kamu yang punya usaha kuliner atau sekadar hobi masak pedas di rumah.
Fenomena ini bukan sekadar keberuntungan pasar semata. Pemerintah Provinsi Riau ternyata sudah melakukan pergerakan masif di balik layar. Intervensi kebijakan dan langkah taktis lintas wilayah terbukti ampuh meredam gejolak harga yang sempat membuat dompet warga menjerit. Kini, pasokan mulai mengalir deras kembali ke pasar-pasar tradisional di Pekanbaru dan sekitarnya.
Kolaborasi Lintas Jawa Jadi Penyelamat Pasokan Pangan Riau
Sekda Provinsi Riau, Syahrial Abdi, membongkar rahasia di balik turunnya harga komoditas pangan strategis ini. Ia menjelaskan bahwa kendala distribusi dari daerah tetangga seperti Sumatera Utara (Sumut) dan Sumatera Barat (Sumbar) sempat menjadi pemicu utama kelangkaan. Karena distribusi dari wilayah tersebut tidak berjalan optimal, Pemprov Riau langsung tancap gas berkoordinasi dengan sentra produksi di Pulau Jawa.
“Kita sudah mengambil langkah agar pihak terkait berkolaborasi dengan daerah penghasil cabai di Jawa, dan hasilnya harga mulai menurun,” ujar Syahrial di Teras Balai Pauh Jangi, Pekanbaru, Kamis (18/12/2025). Strategi jemput bola ini terbukti efektif mengatasi kekosongan stok yang sempat memicu inflasi lokal. Dengan dibukanya keran distribusi dari Jawa, pasar kembali dibanjiri stok segar yang membuat harga langsung terkoreksi ke bawah.
BUMD Turun Gunung Cari Spot Harga Terjangkau
Pemerintah tidak main-main dalam menjaga stabilitas harga pangan. Selain koordinasi wilayah, BUMD dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait mendapatkan instruksi khusus untuk mencari "spot-spot" penghasil komoditas dengan harga yang lebih miring. Langkah ini bertujuan agar gejolak harga tidak terulang kembali di masa depan. Gerakan Pangan Murah juga terus digalakkan secara intensif di berbagai titik untuk memastikan masyarakat mendapatkan akses pangan yang adil.
Meskipun kondisi inflasi membaik, Syahrial tetap memberikan peringatan keras kepada para pelaku usaha. Ia meminta pedagang untuk tetap menjaga etika berbisnis dan tidak mengambil keuntungan yang tidak wajar di tengah situasi sensitif seperti sekarang. Stabilitas harga menjadi prioritas utama, terutama menjelang periode dengan tingkat kebutuhan rumah tangga yang biasanya meningkat tajam.
Pantauan Pasar: Harga Cabai Merah Kini Cuma Rp55.000!
Berdasarkan pantauan langsung di Pasar Sail Pekanbaru pada Rabu (17/12/2025), harga cabai merah sudah antre di kisaran Rp55.000 per kilogram. Penurunan ini sebenarnya sudah mulai terasa sejak hari Minggu (14/12). Para pedagang di pasar pun tampak lebih sumringah karena daya beli masyarakat kembali meningkat seiring normalnya pasokan barang.
Paim Bangun, salah satu pedagang di Pasar Sail, mengonfirmasi bahwa pasokan dari daerah sentra produksi kini sudah lancar jaya. "Harga mulai turun hari Minggu kemarin, sekarang stabil di Rp55.000 per kilo. Pasokan sudah lancar, jadi harga ikut turun," kata Bangun saat ditemui di lapaknya. Kelancaran logistik ini otomatis memangkas biaya distribusi yang sebelumnya dibebankan kepada konsumen akhir.
Ibu Rumah Tangga dan Bisnis Ayam Geprek Kembali Bergairah
Kabar penurunan harga ini disambut suka cita oleh warga Pekanbaru, salah satunya Maulidia (25). Sebagai ibu rumah tangga sekaligus pemilik usaha kantin, ia sempat merasa tercekik saat harga menyentuh Rp120.000. Bayangkan saja, cabai adalah komponen utama untuk menu ayam geprek andalannya. Jika harga bahan baku melonjak dua kali lipat, margin keuntungan bisnis kecilnya tentu terancam sirna.
“Alhamdulillah, sekarang sudah enakan. Seminggu lalu cabai mahal sekali sampai harus dikurangi jumlah belinya. Padahal kalau di kantin, ayam geprek jadi menu andalan. Sekarang mau bikin makanan apa saja sudah tidak ragu lagi,” pungkas Maulidia dengan wajah lega. Cerita Maulidia mewakili ribuan warga Riau lainnya yang kini bisa kembali mengelola pengeluaran dapur dengan lebih fleksibel berkat membaiknya tata kelola pangan di Bumi Lancang Kuning. (*)
Sumber: