Sore Jahanam di Pelosok Agam, 2 Desa Tenggelam

Sore Jahanam di Pelosok Agam, 2 Desa Tenggelam

Situasi kondisi Agam pascabencana - ABdullah Sani - --

 

 

 

RIAU, DISWAY.ID - Kamis sore, 27 November 2025, menjadi hari terkelam bagi masyarakat Desa Salareh Aia Timur, dan Desa Salareh Induk, di Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

 

Sekitar pukul 17.30 WIB, air dan lumpur pekat meluncur tanpa ampun dari atas bukit, mengubah sungai kecil yang semula hanya selebar 10 meter menjadi lautan lumpur mengerikan sepanjang 500 meter.

 

Bencana yang oleh warga disebut galodo ini datang dengan kekuatan yang belum pernah disaksikan oleh para tetua desa, menyeret dan menenggelamkan tiga kampung di pelosok Kabupaten Agam dalam sekejap.

 

Bagi warga seperti Izul, kengerian itu masih melekat kuat. Peristiwa mencekam itu didahului hujan deras yang tak berhenti selama hampir dua pekan. Namun, menjelang petang, suara gemuruh aneh yang disangka beberapa warga sebagai helikopter tiba-tiba terdengar dari arah hulu sungai.

 

"Suaranya seperti helikopter. Kemudian air bah menghempas permukiman. Bunyinya juga kadang seperti bom meledak," kenang Izul.

 

Suasana sontak berubah dari senja menjadi mimpi buruk yang tak terbayangkan. Sebab, peristiwa sebesar ini baru pertama kalinya dalam sejarah di Agam.

 

"Kata orang-orang tua disini, baru sekali ini galodo (air dan lumpur) datang dengan sangat besar. Ada 2 desa yang rumahnya di pinggir sungai tenggelam," kata Zul, salah satu warga desa.

 

Kekuatan air bah tersebut digambarkan luar biasa, melambung melebihi tinggi pohon kelapa. Dalam waktu singkat, rumah-rumah yang berada di Kampung Pilih, Kampung Jambak, dan Sawah Laweh, tiga desa yang paling parah terdampak di Kecamatan Palembayan, rata dengan tanah kuning atau terseret arus deras.

 

Banyak warga yang terjebak dan tidak sempat menyelamatkan diri, seperti bibi dari keluarga istri Izul yang tak berhasil diselamatkan dari reruntuhan rumah.

 

"Kejadiannya begitu cepat dan singkat, tapi kampung kami habis dalam sekejab," cerita Ilham, warga lainnya.

 

Ratusan sepeda motor dan rumah, puluhan mobil babak belur dihajar galodo. Sebagian kecil kendaraan masih bisa digunakan, tapi lebih banyak yang tak bisa dipakai lagi.

 

"Hancur semua, tak tersisa, rumah saya dan sepeda motor orang-orang di bengkel saya juga habis. Tapi 2 anak dan istri saya Alhamdulillah selamat," lirih Ilham.

 

Empat hari pasca musibah, sirene ambulans masih meraung-raung di jalanan berlumpur, menjadi penanda duka yang tiada akhir. Hingga hari Selasa, 2 Desember 2025, total 102 jenazah telah berhasil dievakuasi dan dibawa ke RSUD Lubuk Basung.

 

Dari jumlah tersebut, 97 jenazah telah berhasil diidentifikasi, namun 5 korban lainnya masih menunggu identifikasi, menambah berat beban bagi keluarga korban yang harus menerima kenyataan kehilangan seluruh garis keturunan.

 

Berjuta upaya pertolongan pun terus digalakkan. BNPB Provinsi Sumatera Barat, dibantu unsur TNI-Polri, hingga Polda Riau, bersatu padu di lokasi bencana. Polda Riau sendiri mengerahkan 290 personel di bawah kendali operasi (BKO) sejak Sabtu, 29 November 2025, untuk membantu evakuasi dan meringankan penderitaan para penyintas.

 

Personel BKO Polda Riau tersebut dibagi dalam beberapa tim dengan tugas spesifik, mulai dari mengevakuasi jenazah bersama instansi lokal hingga membantu warga membersihkan rumah yang tertimbun lumpur dan material longsor. Mereka mendirikan tiga posko utama, yang berfokus pada evakuasi korban, distribusi logistik, dan layanan kesehatan di tengah puing-puing bencana.

 

Dalam upaya memastikan kebutuhan dasar para pengungsi terpenuhi, Polda Riau juga mengoperasikan dua unit dapur lapangan. Kabid Humas Polda Riau, Kombes Pol Anom Karibianto, menyatakan bahwa setiap unit dapur mampu menyediakan 1.500 porsi makanan.

 

"Dengan total 3.000 porsi sehari, pasokan pangan bagi masyarakat terdampak bencana dapat terpenuhi," kata Anom.

 

Namun, di tengah hiruk pikuk evakuasi dan bantuan logistik, kebutuhan paling mendesak yang dihadapi warga saat ini adalah akses terhadap air bersih. Rusaknya pipa air dari hulu akibat banjir bandang serta keruhnya air sungai membuat sumber air layak konsumsi menjadi sangat langka.

 

 

Untuk mengatasi krisis ini, Polda Riau juga telah bergerak cepat dengan menyediakan sarana dan prasarana khusus pengadaan air bersih. Alat tersebut telah dipasang di posko yang berlokasi di SMPN 3 Palembayan. Upaya terpadu ini terus dilakukan agar luka mendalam di pelosok Agam dapat segera terobati, meski kehilangan dan duka masih menyelimuti. - Abdullah Sani -

Sumber:

Berita Terkait