Korban Banjir dan Longsor di Agam Menjerit Butuh Bantuan, Pemerintah Dinanti Hadir

Korban Banjir dan Longsor di Agam Menjerit Butuh Bantuan, Pemerintah Dinanti Hadir

Kondisi di salah satu lokasi banjir dan longsor di Desa Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam--

RIAU, DISWAY.ID - Desa Salareh Aia di Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, kembali menjadi sorotan nasional setelah banjir bandang dan longsor menghantam wilayah tersebut. Dalam sekejap, perkampungan berubah menjadi lautan lumpur, meninggalkan ratusan warga kehilangan rumah dan bertahan dalam kondisi serba terbatas. Di tengah situasi darurat ini, warga mempertanyakan kehadiran pemerintah daerah yang tak kunjung muncul, sementara aparat TNI dan Polri menjadi satu-satunya kekuatan yang terus berada di garis depan.

Bencana Menerjang Cepat, Warga Tak Sempat Menyelamatkan Diri

Banjir bandang dan longsor yang terjadi pada Kamis (27/11/2025) sekitar pukul 17.30 WIB datang tanpa peringatan berarti. Warga yang sedang beraktivitas hanya merasakan tanda-tanda kecil sebelum aliran lumpur besar menyapu permukiman. Bencana ini berlangsung begitu cepat sehingga banyak warga tak sempat mengevakuasi barang, bahkan keluarganya.

Dalam hitungan menit, rumah-rumah luluh lantak. Ratusan warga terdampak harus menanggung trauma setelah melihat kampung halaman mereka terkubur material lumpur. Tim evakuasi melaporkan jenazah ditemukan berserakan di antara puing bangunan, sementara sebagian lainnya terseret aliran lumpur hingga puluhan meter.

TNI–Polri Jadi Garda Terdepan, Logistik Mengalir dari Aparat

Ketika situasi krisis memuncak, aparat keamanan langsung bergerak cepat. Pantauan di lapangan menunjukkan personel TNI dan Polri, termasuk bantuan dari Polda Sumbar, Polda Riau, dan Brimob Riau, menembus medan sulit untuk mengevakuasi warga. Mereka tak hanya fokus menyelamatkan korban, tetapi juga memastikan kebutuhan dasar tersedia di posko-posko pengungsian.

Para aparat berjuang siang malam membawa perahu, mengevakuasi lansia, hingga menyalurkan makanan dan minuman. Peran mereka menjadi sangat vital karena sampai saat ini, mereka menjadi penyedia utama logistik yang diterima pengungsi.

Warga Bertanya: Di Mana Pemerintah Daerah?

Namun, di balik kerja keras aparat, muncul sentimen kecewa dari para warga. Hingga beberapa hari setelah bencana, masyarakat tidak melihat kehadiran Bupati Agam maupun Gubernur Sumatera Barat di lokasi terdampak. Situasi ini memunculkan pertanyaan besar dan rasa kecewa di tengah kesedihan.

Menurut warga, kehadiran pemimpin daerah akan memberi dukungan moral, sekaligus memastikan penanganan lebih terstruktur. Tanpa kehadiran pejabat daerah, para pengungsi merasa dibiarkan menghadapi bencana ini sendirian.

Suara Ilham: Bantuan Ada, Tapi Tidak Cukup

Ilham, salah satu penyintas, menggambarkan betapa sulitnya hidup setelah bencana. Ia mengakui aparat sudah memberikan bantuan makanan dan minuman, namun kebutuhan darurat warga kini lebih luas.

“Kalau makan dan minum kami sudah dibantu bapak-bapak polisi,” kata Ilham.

Namun ia menegaskan bahwa warga sangat membutuhkan pakaian layak pakai, terutama untuk anak kecil. Baju mereka hilang disapu lumpur, menyisakan mereka dalam kondisi minim perlindungan menghadapi cuaca dingin malam hari.

“Baju kami sudah tidak ada lagi, habis dibawa lumpur. Kami berharap ada bantuan pemerintah,” ungkapnya.

Pengungsian Darurat, Balita Jadi Kelompok Paling Rentan

Saat ini Ilham dan ratusan warga mengungsi di posko darurat yang dibangun aparat. Di lokasi aman tersebut, mereka bertahan dari hujan, dingin, dan ketidakpastian. Balita menjadi kelompok paling rentan karena membutuhkan popok, susu, selimut, dan pakaian hangat.

Kondisi posko darurat yang seadanya memaksa warga bertahan dengan fasilitas terbatas. Mereka berharap bantuan yang lebih terstruktur dapat segera tiba untuk mencegah munculnya risiko kesehatan baru.

Menanti Kepedulian: Seruan Warga untuk Pemerintah

Di tengah situasi yang semakin mendesak, warga menaruh harapan pada Pemerintah Kabupaten Agam, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, dan bahkan Pemerintah Pusat. Mereka meminta kehadiran pemimpin dan bantuan yang lebih masif agar pemulihan berjalan cepat dan tidak menambah korban.

Sumber: