RUPTL 2025-2034 Fokus Optimalisasi Energi Baru Terbarukan, Surya Jadi Andalan Utama

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia (Tangkapan Layar YouTube)--
RIAU.DISWAY.ID - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) resmi merilis roadmap Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 yang menegaskan pergeseran besar dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT). Menariknya, tenaga surya menjadi sumber energi dengan porsi terbesar yakni 17,1 GW, sementara penggunaan batubara dipangkas drastis hanya menyisakan 6,3 GW.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa RUPTL ini bukan sekadar dokumen biasa, melainkan pedoman utama pemerintah dalam mendorong transisi energi nasional yang berkelanjutan. “Kita tak bisa lagi bergantung pada energi fosil. transisi energi bukan hanya keharusan global, tapi juga kebutuhan nasional demi ketahanan energi jangka panjang,” tegas Bahlil saat konferensi pers peluncuran RUPTL di Jakarta, Senin (26/5/2025).
Perincian Kapasitas Energi Baru Terbarukan
Dokumen resmi menyebutkan bahwa total kapasitas pembangkit listrik yang berbasis EBT akan mencapai 61 persen dari total kapasitas sebesar 69,5 GW, atau setara 42,6 GW. Selain tenaga surya, energi air menjadi sumber energi kedua terbesar dengan kapasitas 11,7 GW. Disusul energi angin 7,2 GW, panas bumi 5,2 GW, bioenergi 0,9 GW, dan nuklir 0,5 GW. Sedangkan untuk energi fosil, selain batubara yang berkurang, gas alam tetap memiliki porsi sebesar 10 GW.
Bahlil menjelaskan, “Kalau dulu hasil RUPTL itu tidak jelas dimana lokasinya dan kapan, kalau sekarang PLN wajib menjalankan apa yang menjadi keputusan yang kita godog bareng-bareng dimana lokasinya sudah jelas semuanya sudah jelas.”
Strategi Implementasi RUPTL dalam Dua Klaster
Untuk memastikan target-target ini tercapai, pemerintah membagi pelaksanaan RUPTL ke dalam dua klaster. Pada lima tahun pertama, kapasitas pembangkit listrik ditargetkan bertambah sebesar 27,9 GW, kemudian pada lima tahun kedua naik menjadi 41,6 GW. Pembagian ini disesuaikan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang ditargetkan sebesar 8 persen.
Menteri Bahlil menegaskan pentingnya perhitungan detail dalam penyusunan RUPTL. “Jadi konsumsi listrik per kapita kita hitung secara seksama, saya detail betul dan ikut membahas ini secara seksama. Ini tidak ada pesan sponsor dan lainnya,” ujarnya tegas.
Menuju Swasembada Energi Hijau
RUPTL 2025-2034 ini menjadi tonggak penting bagi Indonesia dalam mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dan meningkatkan porsi energi hijau yang melimpah. Dengan fokus pada pengembangan sumber EBT, khususnya tenaga surya, pemerintah optimis dapat mewujudkan swasembada energi listrik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Dokumen ini juga sekaligus menjawab tantangan global sekaligus membuka peluang besar bagi Indonesia dalam mengembangkan industri hijau dan menekan emisi karbon. “Ini adalah langkah maju yang harus didukung semua pihak agar transisi energi berjalan mulus,” tambah Bahlil. (*)
Sumber: