Industri Sawit Jadi Tulang Punggung Ekonomi Riau, 3,4 Juta Warga Gantungkan Hidup

Perkebunan Kelapa Sawit - Ilustrasi (Dok. Istimewa)--
RIAU.DISWAY.ID - Industri kelapa sawit masih menjadi nafas utama ekonomi Riau. Tak tanggung-tanggung, lebih dari 3,4 juta warga di provinsi ini menggantungkan hidup dari sektor sawit. Ini bukan hanya soal angka, tapi tentang keberlangsungan hidup jutaan kepala keluarga yang bertaruh pada stabilitas harga tandan buah segar (TBS).
Sawit Menghidupi Setengah Penduduk Riau
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Syahrial Abdi, memaparkan fakta mencengangkan saat acara Andalas Forum V yang digelar Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) di Pekanbaru, Kamis (22/5/2025). Menurutnya, industri sawit menjadi tumpuan hidup 51,2 persen penduduk Riau.
“Sekitar 861.760 kepala keluarga di Riau adalah petani sawit. Jika satu keluarga rata-rata memiliki empat anggota, maka ada sekitar 3,45 juta orang yang hidup dari industri ini,” jelas Syahrial.
Luas lahan sawit di Riau mencapai 3,3 juta hektare, di mana sekitar 1,7 juta hektare dikelola oleh petani swadaya. Sisanya dikelola oleh perusahaan besar. Fakta ini menunjukkan peran vital petani kecil dalam menyokong industri strategis ini.
Riau Penyumbang 20 Persen Sawit Nasional
Riau tercatat menyumbang 20 persen dari total produksi sawit nasional. Kontribusi ini bukan hanya berdampak pada neraca ekspor Indonesia, tapi juga menjadi sumber utama pendapatan daerah.
“Lima sumber utama pajak daerah di Riau sangat tergantung pada harga sawit. Kalau harga TBS naik, showroom mobil bisa kosong karena petani langsung belanja,” ungkap Syahrial dengan nada bercanda.
Bank Indonesia pun ikut menyoroti pentingnya stabilitas harga sawit sebagai penggerak ekonomi Riau. Ketika harga anjlok, daya beli petani menurun, dan efek domino terhadap sektor lain pun terasa.
Gapki: Industri Sawit Penopang Hidup 16 Juta Keluarga
Ketua Umum Gapki, Eddy Martono, menyebut bahwa industri sawit tak hanya menyelamatkan ekonomi Riau, tapi juga menopang kehidupan jutaan orang di Indonesia.
“Ada sekitar 16,2 juta kepala keluarga yang bergantung pada industri sawit, mulai dari petani, karyawan, hingga pelaku usaha. Saat pandemi 2020, saat sektor lain terpukul, industri sawit justru mampu menambah jumlah tenaga kerja,” katanya.
Pemerintah Pastikan Dukungan untuk Industri Sawit
Plt Direktur Jenderal Perkebunan, Heru Tri Widarto, menyebut bahwa pemerintah tak tinggal diam. Ia menyebut sawit sebagai “angsa bertelur emas” bagi ekonomi Indonesia.
“Regulasi yang kami buat tidak untuk mempersulit, tapi untuk mendorong produktivitas dan keberlanjutan industri sawit. Kami ingin semua pihak, termasuk swasta, terlibat aktif dalam mendukung petani,” kata Heru.
Menurutnya, kolaborasi antara petani, pemerintah, dan perusahaan adalah kunci untuk memastikan industri sawit tetap menjadi pilar ekonomi yang kokoh.
Stabilitas Harga TBS Menentukan Masa Depan
Dengan jutaan warga bergantung pada sawit, fluktuasi harga TBS bukan hal sepele. Pemerintah daerah dan pusat kini dituntut untuk memastikan regulasi yang berpihak kepada petani, sambil menjaga keberlanjutan lingkungan dan produktivitas jangka panjang. (*)
Sumber: