Gubernur Riau Tegaskan Pentingnya Pemahaman Tauhid di Era Digital, Apresiasi Bincang Tauhid UMRI

Gubri Abdul Wahid (Mediacenter.riau)--
RIAU.DISWAY.ID - Tauhid bukan sekadar ritual, tapi pondasi moral yang harus dijaga, apalagi di tengah derasnya arus informasi digital. Begitu pesan Gubernur Riau, Abdul Wahid, saat membuka acara Bincang Tauhid Negara Serumpun bertema The Concept of Tauhid in the Digital Era: Relevance and Integratives Studies yang digelar Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI), Jumat malam, 27 Juni 2025.
Menurut Wahid, tema ini sangat relevan di zaman serba cepat seperti sekarang. “Pemikiran adalah akar dari tindakan. Kalau pemahaman agama keliru, bisa memicu ekstremisme dan tindakan destruktif,” ujar Wahid di hadapan cendekiawan muslim dari berbagai negara Asia Tenggara yang hadir malam itu.
Pemikiran Tauhid Jadi Kunci Lawan Paham Ekstrem
Acara ini juga jadi momen refleksi serius bagi Riau. Di hari yang sama, Gubernur Wahid bersama Kapolda Riau menyaksikan ikrar pelepasan baiat sekelompok warga yang sebelumnya terpapar ajaran agama menyimpang. Ini sekaligus mengingatkan bahwa paham radikal sering berawal dari pemahaman agama yang tidak utuh.
“Masih banyak pemahaman agama yang belum kafah. Kalau ada aliran yang menanamkan kebencian, bisa memunculkan perilaku anarkis,” kata Wahid, tegas.
Menurut laporan Kementerian Agama per Juni 2025, kasus penyebaran paham ekstrem berbasis agama di Indonesia memang mengalami penurunan hingga 17% dibanding tahun lalu. Namun, potensi munculnya sel-sel baru tetap ada, terutama di daerah dengan akses literasi agama yang terbatas.
Karena itulah, diskusi mendalam seperti Bincang Tauhid dianggap vital. “Tauhid bukan cuma soal ritual ibadah, tapi juga menjadi fondasi moral dan sosial dalam masyarakat,” jelas Wahid. Kalau salah dalam menafsirkan tauhid, lanjutnya, dampaknya bisa fatal.
UMRI Dapat Apresiasi Tinggi
Gubernur Wahid menyampaikan rasa bangganya terhadap UMRI yang konsisten menggelar diskusi bertema keagamaan sekaligus akademik. Ia menyebut UMRI telah memberi kontribusi besar untuk kemajuan Riau di bidang agama, sosial, hingga ekonomi.
“Para alumni UMRI banyak berperan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya di Riau. Ini bukti nyata pendidikan tidak hanya soal ijazah, tapi juga membentuk karakter,” tambah Wahid.
Rektor UMRI, Dr. H. Ahmad Dahlan, M.Ag., menegaskan UMRI akan terus berkomitmen mengadakan diskusi-diskusi serupa. “Tantangan kita hari ini adalah bagaimana menyampaikan nilai-nilai tauhid agar bisa dipahami generasi digital tanpa kehilangan substansi,” ujar Dahlan seperti dilansir laman resmi UMRI.
Nilai Tauhid sebagai Landasan di Era Digital
Gubernur Wahid juga mengingatkan, derasnya arus digital membawa pengaruh luar biasa bagi pola pikir masyarakat. Tauhid, menurutnya, harus menjadi filter agar umat Islam tidak terombang-ambing informasi hoaks atau ideologi ekstrem.
“Di zaman sekarang, nilai-nilai tauhid justru semakin dibutuhkan sebagai landasan spiritual dan moral bagi umat Islam,” imbuh Wahid.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, 72,3% penduduk Indonesia adalah pengguna aktif internet per 2025. Angka ini meningkat dibandingkan 2024 yang hanya 68,4%. Artinya, ruang digital semakin jadi arena penyebaran berbagai ideologi, termasuk yang menyesatkan.
Karena itu, kata Wahid, literasi digital berbasis keagamaan harus terus digalakkan. “Supaya kita bisa membentengi masyarakat dari paham yang menyesatkan,” tutupnya.
Harapan untuk Riau yang Berbudaya dan Agamis
Menutup sambutannya, Gubernur Wahid mengajak seluruh masyarakat Riau bersama-sama membangun daerah yang berbudaya Melayu, dinamis, ekologis, agamis, dan maju. Hal ini sejalan dengan visi “Riau Bedelau” yang dicanangkannya.
Sumber: