Program Makan Bergizi Gratis di Riau Dorong Perputaran Ekonomi hingga Rp81 Miliar Tiap Dua Pekan

Program Makan Bergizi Gratis di Riau Dorong Perputaran Ekonomi hingga Rp81 Miliar Tiap Dua Pekan

Gubernur Riau Abdul Wahid tinjau proses Makan Bergizi Gratis - Abdullah Sani - --

RIAU, DISWAY.ID — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan Badan Gizi Nasional (BGN) terus mencatat hasil positif di Provinsi Riau. Tak hanya fokus pada peningkatan asupan gizi anak-anak sekolah, program ini juga terbukti memacu perputaran ekonomi lokal hingga mencapai puluhan miliar rupiah setiap dua pekan.

180 Dapur Gizi Aktif Layani Ratusan Ribu Penerima Manfaat

Kepala Kantor Pelayanan Pemenuhan Gizi (KPPG) Pekanbaru, Dr. Syartiwidya, menjelaskan bahwa target pendirian dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Riau mencapai 667 unit. Dari jumlah tersebut, sebanyak 251 dapur sudah berdiri, dengan 180 di antaranya beroperasi penuh.

“Sebanyak 71 dapur lagi tengah menunggu proses penerbitan Virtual Account (VA) sebelum bisa beroperasi melayani masyarakat,” ujarnya, Rabu (29/10/2025).

Program MBG telah menjangkau 586.074 penerima manfaat di 2.422 sekolah di seluruh Riau. Cakupannya meliputi jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, hingga Sekolah Luar Biasa (SLB). Angka ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk menghadirkan pemerataan gizi dan keadilan sosial bagi seluruh lapisan masyarakat.

Efek Domino Ekonomi: Rp81 Miliar Berputar Setiap Dua Pekan

Selain memperbaiki kualitas gizi pelajar, program ini juga menciptakan dampak ekonomi yang luar biasa. Berdasarkan estimasi, satu dapur MBG yang melayani sekitar 3.000 penerima manfaat dapat mengelola dana sekitar Rp450 juta setiap dua pekan. Dana tersebut mencakup pembelian bahan makanan, biaya operasional, hingga sewa tempat.

Dengan 180 dapur yang telah aktif, potensi perputaran dana MBG di Riau diperkirakan mencapai Rp81 miliar setiap dua pekan. Angka ini menjadikan program MBG sebagai salah satu motor penggerak ekonomi lokal yang efektif dan berkelanjutan.

UMKM Lokal Jadi Tulang Punggung Rantai Pasok

Menariknya, hampir seluruh bahan pangan untuk dapur MBG disuplai oleh pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) setempat. Setiap dapur biasanya menggandeng 10 hingga 15 pemasok lokal untuk memenuhi kebutuhan harian, mulai dari sayuran, ikan, hingga bahan pokok lainnya.

“Kami memang mengutamakan bahan pangan yang berasal dari wilayah setempat agar uangnya berputar di masyarakat sekitar. Ini cara kami menjaga ketahanan pangan sekaligus memperkuat ekonomi lokal,” jelas Syartiwidya.

Skema kerja sama ini menciptakan hubungan saling menguntungkan antara dapur MBG dan UMKM daerah. Selain meningkatkan pendapatan pelaku usaha kecil, pola ini juga memperpendek rantai distribusi bahan baku sehingga efisiensi produksi meningkat.

Satgas Khusus Kawal Kelancaran Logistik

Namun, keberhasilan program ini tidak lepas dari tantangan, terutama di wilayah kepulauan seperti Kabupaten Kepulauan Meranti. Kondisi geografis yang sulit dan keterbatasan transportasi kerap menghambat distribusi bahan baku ke dapur-dapur MBG.

Untuk mengantisipasi kendala tersebut, BGN membentuk Satuan Tugas (Satgas) MBG di setiap kabupaten dan kota. Satgas ini berperan penting dalam memastikan rantai pasok berjalan lancar, operasional dapur tetap stabil, dan penerima manfaat mendapatkan makanan bergizi tepat waktu.

MBG Jadi Model Keberhasilan Gizi dan Ekonomi Daerah

Program Makan Bergizi Gratis kini berkembang menjadi inisiatif multifungsi yang memberikan dampak sosial dan ekonomi secara bersamaan. Selain menyehatkan hampir 600 ribu anak sekolah, program ini juga menggerakkan roda ekonomi hingga ratusan miliar rupiah dalam waktu singkat.

Dengan sistem pengelolaan yang inklusif, pemberdayaan UMKM lokal, serta dukungan lintas lembaga, MBG di Riau menjadi contoh konkret bagaimana program pemerintah bisa memberikan dampak ganda — menyehatkan generasi sekaligus memperkuat ekonomi daerah. - Abdullah Sani

Sumber: