PEKANBARU, DISWAYRIAU.ID- Keluhan murid SDN Bengkalis atas menu Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang kerap basi mengundang reaksi Gubernur Riau Abdl Wahid. Pemprov Riau bergerak cepat melakukan pemeriksaan rutin ke seluruh sekolah untuk dievaluasi.
Dari informasi yang dirangkum, wali murid SDN 4 Bengkalis mengungkapkan, anaknya mendapat menu MBG berupa kuah sate, sayur toge, kacang panjang, dan sepotong buah semangka.
Akan tetapi, semua menu tersebut saat dibuka dalam kemasannya mengeluarkan aroma tak sedap. Begitu juga dengan buah semangka yang tampak busuk.
BACA JUGA:Kadin Resmikan Kantor Satgas MBG untuk Dorong Ribuan Dapur Umum Bergizi di Seluruh Indonesia
"Anak saya bilang makanan yang dibagikan bau. Semangkanya pun banyak yang busuk," kata wali murid itu.
Keluhan serupa juga muncul di MTS Negeri Bengkalis yang menyebutkan dari seluruh menu MBG di kelas yang diterima ada satu makanan terdapat belatung.
"Hanya satu kelas yang menemukan belatung di menu MBG. Dari situ, sepakat semua murid satu kelas tidak memakan," ujarnya.
Para wali murid gelisah dengan kondisi menu MBG yang tak layak konsumsi tersebut. Mereka berharap kepala sekolah atau guru mencoba dulu makanan MBG sebelum dibagikan.
"Ini penting agar makanan yang dikonsumsi siswa benar-benar layak," kata wali murid lainnya.
BACA JUGA:MBG Terbukti Tingkatkan Konsentrasi Anak
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Riau Abdul Wahid mengaku telah mengetahui hal yang terjadi di SDN Bengkalis. Bahkan, katanya, kejadian itu bukan hanya di satu lokasi.
“Iya saya sudah dengar kabarnya. Banyak hal serupa juga terjadi di daerah-daerah,” ujar Wahid, Rabu 1 Oktober 2025.
Wahid tidak akan membiarkan persoalan ini berlarut-larut. Dia juga kerap melakukan pemeriksaan ke sekolah-sekolah di Riau secara bergilir setiap minggunya.
"Kita selalu mencoba dan memastikan bahwa program nasional ini dapat dinikmati oleh pelajar. Seminggu sekali kita cek sekolah-sekolahnya," jelas Wahid.
Wahid juga melakukan pemeriksaan pada lokasi penyiapan makanan MBG di Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG). Menurutnya beberapa SPPG terdapat kelebihan kapasitas produksi, sehingga memicu kesalahan fatal.