Inflasi Riau Tembus 5,08 Persen, Pemprov Siapkan Operasi Pasar untuk Redam Lonjakan Harga

Ilustrasi cabai--
RIAU, DISWAY.ID – Inflasi di Provinsi Riau kembali menjadi sorotan setelah angkanya menembus 5,08 persen secara tahunan (year-on-year) pada September 2025. Sekretaris Daerah (Sekda) Riau, Syahrial Abdi, menegaskan bahwa pemerintah daerah kini bergerak cepat untuk menekan laju inflasi melalui serangkaian intervensi pasar yang melibatkan berbagai pihak, termasuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan Bank Indonesia.
Rapat Koordinasi Nasional Bahas Lonjakan Inflasi
Pada Senin (6/10/2025), Sekda Riau menghadiri rapat koordinasi (Rakor) pengendalian inflasi nasional yang digelar secara virtual di Riau Command Centre, Pekanbaru. Rakor yang dipimpin Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Tomsi Tohir, itu membahas langkah konkret untuk menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok di seluruh wilayah Indonesia.
Tomsi menekankan pentingnya kehadiran kepala daerah di tengah masyarakat untuk memastikan situasi pasar tetap terkendali. “Kami mohon menjadi perhatian para pemerintah daerah, khususnya 10 provinsi tertinggi. Kalau teman-teman kepala daerah turun ke pasar, tentunya sangat dirasakan oleh masyarakat kenaikan harganya,” ujar Tomsi.
Ketimpangan Pengendalian Inflasi Antarwilayah
Menurut Tomsi, inflasi bukan hanya soal harga bahan pokok, tetapi juga mencerminkan daya beli masyarakat dan stabilitas ekonomi daerah. Ia menyoroti adanya ketimpangan antarwilayah dalam kemampuan mengendalikan inflasi, di mana beberapa provinsi dengan tantangan geografis justru mampu menekan inflasi lebih baik.
“Kenapa daerah yang lain bisa? Papua Pegunungan misalnya, dengan medan yang sulit, mereka mampu menjaga inflasi di 3,55 persen. Sementara provinsi lain yang aksesnya mudah justru angkanya tinggi,” jelasnya.
Cabai Merah Jadi Pemicu Utama Kenaikan Inflasi
Sementara itu, Sekda Riau Syahrial Abdi mengakui bahwa kenaikan harga cabai merah menjadi penyumbang terbesar inflasi di daerahnya. Ia menjelaskan bahwa harga komoditas ini melonjak cukup tajam di beberapa kabupaten dan kota, sehingga mendorong angka inflasi naik signifikan.
“Inflasi memang terindikasi tinggi, terutama karena cabai merah. Hampir 60 persen daerah di Indonesia mengalami hal yang sama. Jadi, ini bukan hanya persoalan di Riau,” ujar Syahrial Abdi.
Langkah Cepat Pemerintah Daerah: Intervensi Pasar
Menanggapi kondisi tersebut, Pemerintah Provinsi Riau telah menyiapkan langkah cepat dengan melakukan operasi pasar di lima daerah. Operasi ini melibatkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Dinas Tanaman Pangan, serta BUMD Riau Pangan Bertuah.
“Mulai Selasa, kami intervensi di lima daerah. Tujuannya agar harga bisa di bawah pasar atau minimal sama dengan harga pasar,” ungkapnya.
Selain itu, Pemprov Riau juga menggandeng Bank Indonesia untuk memperkuat koordinasi dan memastikan efektivitas operasi pasar. “Upaya dari kami ya operasi pasar. Disperindag bersama Dinas Tanaman Pangan akan turun, dan BI juga ikut komit melakukan intervensi pasar,” kata Syahrial menambahkan.
Prediksi Harga Kembali Normal Jelang Akhir Tahun
Berdasarkan skema dari Kementerian Pertanian, harga cabai merah diperkirakan mulai turun dan kembali stabil menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru). Syahrial memastikan bahwa Pemprov Riau terus berkoordinasi dengan kementerian terkait untuk menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi bahan pangan.
“Skema yang sudah disiapkan oleh Kementerian Pertanian memberi harapan, menjelang Nataru harga cabai akan turun ke level normal,” pungkasnya.
Langkah-langkah konkret yang dilakukan Pemprov Riau menunjukkan komitmen kuat dalam menjaga stabilitas ekonomi daerah. Dengan kolaborasi lintas sektor dan intervensi pasar yang tepat sasaran, pemerintah berharap inflasi Riau dapat kembali terkendali, sekaligus menjaga daya beli masyarakat di tengah tekanan harga pangan yang terus berfluktuasi. (*)
Sumber: