60 Persen Karhutla di Kampar Riau Berhasil Dipadamkan, Satgas Gencarkan Waterbombing dan Hujan Buatan

60 Persen Karhutla di Kampar Riau Berhasil Dipadamkan, Satgas Gencarkan Waterbombing dan Hujan Buatan

Pemerinah Kota (Pemko) Pekanbaru belum menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (karhuhtla) 2025.--Freepik

RIAU.DISWAY.ID - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) kembali membayangi Riau, terutama di wilayah Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar. Setelah berjibaku selama berhari-hari, petugas gabungan akhirnya berhasil memadamkan sekitar 60 persen kebakaran di area gambut seluas 30 hektare. Namun perjuangan belum usai, sebab cuaca ekstrem masih menjadi ancaman yang bisa memicu api kembali membesar kapan saja.

Tim gabungan, yang terdiri dari BPBD, TNI, Polri, Manggala Agni, dan relawan, terus melakukan pemadaman baik lewat jalur darat maupun udara. Metode waterbombing juga dikerahkan secara intens untuk menyekat api agar tak merambat ke wilayah lain.

“Kami tetap waspada. Walau sudah 60 persen berhasil dipadamkan, kondisi cuaca sangat menentukan. Angin kencang dan panas ekstrem bisa membuat bara api hidup lagi,” kata Kepala Pelaksana BPBD Riau, M Edy Afrizal, Rabu (2/7/2025).

Selain menghadapi medan sulit, petugas juga dihadapkan pada kondisi lahan gambut yang dalam dan menyimpan bara api di lapisan bawah tanah. Inilah yang menjadi tantangan besar dalam penanganan karhutla di Riau.

Jumlah Titik Panas di Riau Alami Penurunan

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru mencatat adanya penurunan jumlah titik panas di Riau. Pada Rabu (2/7/2025), terdeteksi sembilan titik panas di provinsi ini, menurun dari 11 titik panas sehari sebelumnya.

“Empat titik panas berada di Kabupaten Bengkalis, sedangkan lima titik lainnya tersebar di kabupaten berbeda. Penurunan ini cukup melegakan, karena sebagian wilayah Riau diguyur hujan dini hari,” jelas Prakirawan BMKG Pekanbaru, Anggun Rachmat.

Meski turun, BMKG tetap mengingatkan potensi kebakaran masih tinggi, apalagi memasuki puncak musim kemarau pada Juli-Agustus.

Hujan Buatan Jadi Senjata Andalan Satgas Karhutla

Untuk mengantisipasi karhutla yang lebih luas, Tim Satgas Karhutla menggelar operasi modifikasi cuaca (OMC). Langkah ini dilakukan untuk memicu hujan di wilayah rawan kebakaran, khususnya daerah dengan lahan gambut tebal.

“Kami siapkan 12 ton garam untuk operasi hujan buatan. Fokus utama di wilayah Tanjung Jabung Barat, Muaro Jambi, dan Tanjung Jabung Timur. Nantinya akan menyusul ke Riau, terutama Kampar, jika kondisi cuaca mendukung,” ungkap Dansatgas Karhutla Riau, Brigjen TNI Dody Triwinarto.

Dody menambahkan, hujan buatan sangat membantu petugas memadamkan api di lahan gambut yang sulit dijangkau. “Membasahi permukaan saja tidak cukup. Bara api bisa bertahan di dalam gambut hingga berbulan-bulan. Hujan buatan efektif untuk menembus lapisan bawah tanah,” jelasnya.

Total Luas Karhutla Capai 312 Hektare di Riau

Data BPBD Riau mencatat, sepanjang Januari hingga awal Juli 2025, total luas lahan terbakar di provinsi ini sudah mencapai 312 hektare. Angka ini tersebar di berbagai kabupaten dan kota, termasuk Kampar, Bengkalis, Pelalawan, Siak, dan Indragiri Hilir.

Gubernur Riau, Abdul Wahid, menekankan pentingnya sinergi semua pihak dalam penanganan karhutla. “Karhutla bukan hanya soal pemadaman, tetapi juga pencegahan. Kita harus bekerja sama mulai dari edukasi masyarakat hingga penegakan hukum bagi pelaku pembakaran lahan,” tegas Wahid.

Ia juga mengingatkan bahaya karhutla terhadap lingkungan dan kesehatan. “Asap karhutla berbahaya. Selain merusak ekosistem, juga mengancam kesehatan masyarakat. Kita tidak ingin kejadian kabut asap 2015 terulang,” tambahnya.

Green Policing Didorong Jadi Pendekatan Pencegahan

Kapolda Riau, Irjen Pol Herry Heryawan, menyatakan komitmen penuh kepolisian dalam mendukung program green policing untuk pencegahan karhutla. “Kami tidak hanya melakukan penindakan. Green policing artinya pendekatan preventif, edukasi, dan penegakan hukum berjalan seiring,” tegas Herry.

Sumber: