Pemerintah Genjot Rehabilitasi Mangrove di Riau, Target 5.858 Hektare hingga 2027

Ilustrasi Mangrove--
RIAU, DISWAY.ID - Pemerintah terus memperkuat upaya menjaga kelestarian ekosistem pesisir Riau melalui program Mangroves for Coastal Resilience (M4CR). Program ini menargetkan rehabilitasi hutan mangrove seluas 5.858 hektare di periode 2024–2027, dengan dukungan pendanaan dari Bank Dunia dan pelaksanaan bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
PPIU Manager M4CR Provinsi Riau, Arif Fahrurozi, menjelaskan bahwa program ini berfokus pada pemulihan kawasan mangrove di pesisir yang rentan terhadap abrasi dan kerusakan akibat aktivitas manusia. Salah satu wilayah prioritas adalah Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), yang dikenal memiliki kawasan mangrove terluas di Riau.
Penanaman 1.683 Hektare Mangrove di Indragiri Hilir
Sepanjang tahun 2024, tim M4CR telah melaksanakan penanaman mangrove di Kabupaten Inhil dengan total luas 1.683 hektare. Kegiatan ini tersebar di tujuh kecamatan dan mencakup 18 desa, serta melibatkan 56 kelompok masyarakat pesisir.
“Kami melibatkan masyarakat secara langsung agar mereka ikut memiliki tanggung jawab menjaga dan merawat tanaman mangrove yang sudah ditanam,” kata Arif. “Partisipasi warga menjadi kunci keberhasilan program ini.”
Menurutnya, Desa Kuala Selat menjadi salah satu titik fokus rehabilitasi. Di desa tersebut, pada tahun 2024 sudah dilakukan penanaman seluas 124 hektare, sementara pada 2025 ditargetkan bertambah menjadi 325 hektare.
Kebun Kelapa di Pesisir Terancam Abrasi
Arif menjelaskan, sebagian besar area penanaman mangrove berada di lahan bekas kebun kelapa milik masyarakat. Kondisi kebun di pesisir Kuala Selat kini sangat rentan terhadap abrasi laut, terutama saat gelombang tinggi.
“Masih ada sekitar 5 ribu hektare kebun kelapa di Kuala Selat yang kondisinya harap-harap cemas. Jika gelombang tinggi datang, kebun tersebut bisa saja rusak akibat abrasi,” ujarnya. “Karena itu, kami mempercepat rehabilitasi mangrove agar segera memberi perlindungan alami bagi masyarakat.”
Ia menegaskan bahwa program M4CR bukan hanya tentang penanaman pohon, tetapi juga upaya membangun kesadaran ekologis di tingkat masyarakat. Dengan menanam mangrove lebih awal, kata Arif, masyarakat akan mendapatkan perlindungan jangka panjang dari risiko abrasi dan erosi pantai.
Mangrove, Benteng Alami yang Butuh Waktu untuk Tumbuh
Meskipun program rehabilitasi terus dikebut, Arif mengingatkan bahwa dampak positif dari penanaman mangrove tidak bisa dirasakan secara instan. Butuh waktu setidaknya lima tahun agar tanaman tersebut tumbuh kuat dan berfungsi optimal sebagai pelindung pesisir.
“Program ini memang tidak langsung berdampak. Dalam lima tahun ke depan, mangrove baru akan tumbuh kuat dan berfungsi sebagai penahan ombak alami,” jelasnya. “Akar mangrove akan membentuk sediment trap yang mampu menahan lumpur dan pasir, sehingga terbentuk benteng alami yang melindungi daratan.”
Ia menambahkan bahwa manfaat ekologis mangrove sangat besar, mulai dari mencegah abrasi, menjaga keanekaragaman hayati, hingga menyerap emisi karbon. Karena itu, kesadaran untuk menanam dan merawat mangrove harus terus digalakkan di kalangan masyarakat pesisir.
Ajak Masyarakat Cintai Mangrove
Arif mengajak seluruh masyarakat untuk berperan aktif dalam menjaga kelestarian mangrove. Menurutnya, keberhasilan program M4CR bergantung pada partisipasi warga dalam menjaga ekosistem pesisir dari kerusakan.
“Mari kita tanam mangrove sedini mungkin dan cintai mangrove selamanya,” ujarnya menutup pernyataan. “Dengan begitu, kita tidak hanya menyelamatkan lingkungan, tapi juga melindungi masa depan ekonomi masyarakat pesisir.” (*)
Sumber: