Syair Melayu Riau Bikin Kapolri Listyo Sigit Tunduk Haru di Balai Adat Pekanbaru

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo beserta istri - mediacenter.riau ---
RIAU.DISWAY.ID - Balairung Tenas Effendi, yang terletak di lantai II Balai Adat Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) di Pekanbaru, mendadak sunyi pada Sabtu pagi (12/7/2025). Keheningan yang terjadi bukan karena perintah atau seremoni resmi, melainkan karena getaran syair yang dibacakan Siska Armiza, juara baca syair tingkat antarabangsaan. Suaranya mengalun lirih, menyampaikan bait-bait perjalanan hidup seorang jenderal polisi asal Ambon yang hari itu menjadi pusat perhatian: Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo.
Suasana terasa sakral. Bukan hanya karena ruangan yang dingin oleh air conditioner, atau panggung adat penuh simbol Melayu, tetapi juga karena kata-kata syair yang merasuk ke relung hati. Di atas terap, duduk sang Kapolri, diapit Gubernur Riau Datuk Seri Abdul Wahid di sebelah kanan, serta Ketua Umum DPH LAMR Datuk Seri Taufik Ikram Jamil di sebelah kiri. Turut hadir pula Ketua Umum MKA LAMR Datuk Seri Marjohan Yusuf dan Kapolda Riau Irjen Pol. Dr. Herry Heryawan, M.Hum.
Kapolri Listyo Sigit Tersentuh Syair Melayu
Kapolri Listyo Sigit tak banyak bergerak sejak syair pertama dilantunkan. Tubuhnya sedikit membungkuk, tangan mengepal di pangkuan, sementara wajahnya tertunduk. Ia terdiam saat syair demi syair mengalun, mulai dari Malalak, Nandung, Surat Kapal, hingga Selendang Delima. Hanya sesekali jempol kanannya terlihat mengusap punggung tangan kiri, seolah menenangkan sesuatu yang bergejolak di dadanya.
Perubahan mulai terlihat ketika bait-bait terakhir syair karya Datuk Seri Taufik Ikram Jamil dilantunkan. Kepalan tangan Kapolri perlahan mengendur. Jemari kirinya naik ke hidung, menarik napas pelan. Matanya memerah, tampak sembab. Sesaat, ia tak sedang mendengar sebagai seorang pejabat tinggi negara, melainkan sebagai manusia biasa yang tersentuh oleh bahasa hati masyarakat yang dilayaninya.
“Inilah adab itu,” ungkap Mardiansyah, salah seorang pengurus LAMR yang memperhatikan gestur Kapolri sejak awal. “Ketika dipuji, beliau justru menunduk.”
Tradisi Adat Melayu Jadi Momen Haru
Bagi Kapolri Listyo Sigit, ini bukan pertemuan pertama dengan adat Melayu Riau. Sebelumnya, saat LAMR menganugerahinya gelar Anugerah Adat Ingatan Budi, prosesi berbalas pantun menjadi jembatan interaksi. Saat itu, waktu yang dijadwalkan hanya setengah jam. Namun Kapolri tampak begitu menikmati suasana hingga durasinya memanjang menjadi satu setengah jam. Ia larut dalam pantun bersahutan, terbuai oleh keindahan kata.
Namun pagi itu, pantun berganti syair. Suasana tawa ringan berganti keheningan yang dalam. Seorang Kapolri yang terbiasa memberi komando tegas di depan pasukan, kini justru terdiam, terhanyut oleh bahasa lama yang sarat makna dan menyentuh nurani. Seperti salah satu bait syair yang dilantunkan:
“Maka bagi daerah beradat Melayu
Jasa Kapolri Tuan Listyo amat bermutu
Anugerah Adat Ingatan Budi diaju
Sebagai ungkapan mewakili laku.”
Kapolri Dinilai Bawa Wajah Baru Polri
Gubernur Riau Abdul Wahid, yang duduk di sisi kanan Kapolri, memberikan pujian atas sosok Jenderal Listyo Sigit. Menurutnya, Kapolri berhasil menghadirkan wajah baru bagi institusi Polri: lebih teduh, terbuka, dan dekat dengan rakyat. Ia menyebut motto “melindungi, mengayomi, dan melayani” bukan lagi sekadar slogan, tetapi telah menjadi ruh kebijakan yang dirasakan langsung oleh masyarakat di tanah Melayu Riau.
“Kapolri telah memberi wajah baru bagi Polri. Riau tidak hanya merasakan pelayanan yang lebih humanis, tetapi juga hasil nyata dari kebijakan beliau,” ujar Abdul Wahid.
Selain itu, Wahid juga menggarisbawahi keberhasilan Polri dalam menjaga stabilitas keamanan, termasuk dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan. Menurutnya, Riau kini tak lagi dikenal sebagai penyumbang kabut asap seperti di masa lalu.
Sumber: