RIAU, DISWAY.ID - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau mencatat sektor pertanian, khususnya padi, mulai menunjukkan tren positif pada 2025. Berdasarkan Survei Kerangka Sampel Area (KSA), luas panen padi di Riau diperkirakan mencapai 60,12 ribu hektare, naik 6,56 persen dibanding 2024 yang tercatat 56,42 ribu hektare.
Kepala BPS Riau, Asep Riyadi, mengungkapkan, kenaikan ini menjadi sinyal kuat bahwa ketahanan pangan daerah mulai membaik. “Pada 2025, luas panen padi di Riau diperkirakan naik sekitar 3,70 ribu hektare atau 6,56 persen dibanding tahun sebelumnya. Hal ini menjadi sinyal positif bagi ketahanan pangan daerah,” ujarnya, Selasa (4/11/2025).
Produksi Padi Stabil, Konversi Menjadi Beras Juga Meningkat
Dari sisi produksi, padi dalam bentuk Gabah Kering Panen (GKP) diproyeksikan mencapai 250,84 ribu ton, meningkat tipis 0,26 persen dibanding 2024 sebesar 250,19 ribu ton. Produksi Gabah Kering Giling (GKG) diperkirakan 222,63 ribu ton, naik 0,57 ribu ton dari tahun sebelumnya.
Jika dikonversikan menjadi beras, produksi konsumsi penduduk diproyeksikan mencapai 127,77 ribu ton, naik 0,26 persen dibanding 2024 yang sebesar 127,44 ribu ton. “Meskipun kenaikannya kecil, hal ini menunjukkan produktivitas padi Riau masih terjaga dan stabil sepanjang tahun,” kata Asep.
Luas Panen Meningkat di Periode Januari–September
Peningkatan luas panen terlihat dominan pada periode Januari hingga September 2025, mencapai 51,45 ribu hektare, naik 7,94 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya. Puncak panen terjadi pada Maret 2025 dengan luas panen 10,98 ribu hektare, lebih tinggi dibanding Maret 2024.
“Peningkatan luas panen pada Maret dan kestabilan produksi sepanjang tahun menjadi faktor utama naiknya hasil panen. Ini menunjukkan produktivitas lahan pertanian tetap terjaga meski kondisi cuaca fluktuatif,” jelas Asep Riyadi.
Pola Produksi Antarwilayah Berbeda
Distribusi produksi padi di Riau menunjukkan adanya pergeseran antarwilayah. Tiga kabupaten dengan produksi GKG tertinggi adalah Rokan Hilir, Indragiri Hilir, dan Siak, sementara produksi terendah tercatat di Indragiri Hulu, Kota Dumai, dan Kota Pekanbaru.
Asep menambahkan, beberapa daerah seperti Rokan Hilir, Siak, dan Kepulauan Meranti mencatat kenaikan signifikan. Sementara sentra lama seperti Indragiri Hilir, Pelalawan, dan Kuantan Singingi justru mengalami penurunan. “Daerah dengan irigasi dan pengelolaan lahan yang baik mampu mempertahankan produktivitas, sementara daerah lain masih terdampak cuaca dan keterbatasan sarana produksi,” paparnya.
Produksi Beras Tertinggi dan Terendah
Produksi beras tertinggi terjadi pada Maret 2025, mencapai 25,24 ribu ton, sedangkan terendah pada Desember sebesar 5,15 ribu ton. Pola ini konsisten seperti tahun-tahun sebelumnya, menandakan puncak produksi terjadi saat panen raya awal tahun.
“Secara keseluruhan, meski kenaikan produksi padi tidak besar, capaian ini tetap positif. Sektor pertanian Riau menunjukkan ketangguhan, dan pemerintah daerah perlu terus mendorong peningkatan produktivitas melalui perbaikan irigasi dan pemakaian benih unggul,” tutup Asep Riyadi. (*)