Revolusi Hunian: 3 Juta Rumah Baru

Revolusi Hunian: 3 Juta Rumah Baru

Ilustrasi program 3 juta rumah--

Asosiasi Pengembang: REI dan Apersi menjadi mitra strategis pemerintah, memberikan masukan dan ide-ide inovatif seperti skema sewa-beli.

Sektor Swasta dan BUMN: Perusahaan seperti PT Tatalogam Lestari yang mengembangkan teknologi rumah baja ringan, dan PT PLN (Persero) yang menjamin ketersediaan listrik, turut serta dalam menyukseskan program ini.

Program 3 Juta Rumah adalah cerminan dari komitmen pemerintah untuk mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan kolaborasi kuat dan strategi yang matang, program ini diharapkan dapat menjadi warisan monumental yang mengubah wajah permukiman di Indonesia menuju arah yang lebih baik dan merata.

Inovasi Skema Pembiayaan

Merespons tantangan pembiayaan yang seringkali menjadi kendala utama, Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) bersama Asosiasi Pengembang Perumahan Apersi mengkaji sebuah skema pembiayaan baru.

Yaitu sewa-beli (rent-to-own atau RTO). Skema ini dirancang untuk membuka akses kepemilikan rumah subsidi bagi masyarakat yang selama ini sulit mendapatkan pembiayaan konvensional. Terutama, pekerja informal atau mereka yang memiliki catatan kredit kurang baik di Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK.

Menurut Tenaga Ahli Menteri PKP, Endang Kawidjadja, kementerian mendukung penuh usulan ini dan akan membentuk kelompok kerja (pokja) khusus untuk merumuskan detail skema RTO. Endang menegaskan bahwa skema ini masih dalam tahap konseptual dan terus digodok.

“Skema ini diharapkan menjadi solusi bagi MBR yang berpenghasilan tidak tetap atau terhalang SLIK OJK,” ujar Endang kepada Disway, pada Selasa, 12 Agustus 2025.

Dia menambahkan tim akan bekerja cepat untuk melaporkan kemajuan kepada menteri dalam dua minggu ke depan.

Program 3 Juta Rumah ini tidak hanya berfokus pada penyediaan hunian. Tetapi diproyeksikan sebagai mesin penggerak industri properti dan pencipta lapangan kerja.

Ketua Apersi, Junaidi Abdullah, menjelaskan program ini akan menciptakan dampak berantai (multiplier effect) yang signifikan.

Ia menyoroti bagaimana skema RTO dapat menjadi solusi bagi calon pembeli yang ditolak bank karena masalah SLIK atau ketiadaan slip gaji formal.

“Calon pembeli akan menyewa rumah selama sekitar dua tahun. Dengan angsuran yang mencakup biaya sewa, tabungan uang muka dan biaya perawatan,” jelasnya.

Wakil Ketua Umum Bidang Informasi dan Telekomunikasi Digital Properti Real Estate Indonesia (REI), Bambang Eka Jaya, menyambut program ini dengan optimisme tinggi.

Ia memperkirakan, setiap unit rumah yang dibangun akan menyerap setidaknya 4 hingga 5 tenaga kerja langsung.

Dengan target 3 juta rumah, program ini berpotensi membuka 12 hingga 15 juta lapangan pekerjaan baru setiap tahun.

Sumber: