LIPSUS: Misi Besar Koperasi Merah Putih dalam Mewujudkan Ekonomi Kerakyatan

LIPSUS: Misi Besar Koperasi Merah Putih dalam Mewujudkan Ekonomi Kerakyatan

Foto ilustrasi koperasi merah putih-Dhimas Hudi / FIN-

Koperasi Desa dan Kelurahan Merah Putih (KDMP/KKMP) menjadi langkah terobosan pemerintahan Prabowo Subianto dalam menggerakkan roda ekonomi desa. Hingga Juli 2025, tercatat sebanyak 80.081 koperasi telah memiliki badan hukum dan tersebar di ribuan wilayah desa maupun kelurahan. Hasilnya mulai terasa nyata: harga kebutuhan pokok menjadi lebih terjangkau dan UMKM mengalami peningkatan kualitas serta daya saing


Transformasi Ekonomi Rakyat Dimulai dari Akar

Transformasi ekonomi kerakyatan kini memasuki babak baru. Koperasi Merah Putih hadir sebagai simbol perubahan sistemik dan strategis yang digagas melalui program Kolektif Desa Membangun Produktif (KDMP) dan Kolektif Kota Membangun Produktif (KKMP). Gerakan ini bukan sekadar jargon, melainkan strategi konkret untuk membumikan mimpi besar Indonesia Emas 2045.

Program KDMP/KKMP bertujuan memperkuat fondasi ekonomi rakyat dari akar rumput. Tidak hanya menghidupkan kembali semangat berkoperasi, tetapi juga membangun ekosistem ekonomi baru yang menjadikan rakyat sebagai aktor utama. Di tengah tantangan ketimpangan sosial, konsentrasi aset nasional, hingga dominasi ekonomi oleh segelintir elite, koperasi ini ingin menjadi jawaban atas problem struktural yang selama ini mengekang.

Mengapa Koperasi Menjadi Solusi?

Indonesia telah berkali-kali menyaksikan upaya reformasi ekonomi dari atas ke bawah. Sayangnya, kebijakan tersebut kerap gagal menjangkau masyarakat paling bawah. Koperasi Merah Putih hadir dengan filosofi berbeda: membangun dari bawah ke atas. "Bangsa ini perlu memulai dari struktur yang paling dasar, yaitu rakyat sendiri. Rakyat bukan objek pembangunan, tapi subjek utama," ungkap Ketua Umum Forum Komunikasi Wartawan Sobat Energi (Forkom WSE), Untung Sarwo Kaloko.

Siapa Penggagas Utamanya?

Gerakan ini bukan sekadar inisiatif spontan. Ia lahir dari kolaborasi tokoh-tokoh strategis, baik dari kalangan aktivis rakyat maupun profesional di sektor energi dan keuangan. Salah satunya adalah Arie Gumilar, Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB), yang kini dipercaya memimpin Koperasi Merah Putih.

Arie menyebutkan bahwa cita-cita Koperasi Merah Putih sejalan dengan semangat pasal 33 UUD 1945. "Kami ingin membawa semangat kedaulatan rakyat kembali ke panggung utama ekonomi nasional," kata Arie. Ia menegaskan, koperasi ini bukan tandingan BUMN, melainkan mitra strategis yang memperkuat fungsi distribusi nilai tambah kepada rakyat.

Apa Tujuan Koperasi Merah Putih?

Koperasi Merah Putih tidak dibentuk hanya untuk menjalankan bisnis. Ia diposisikan sebagai sarana konsolidasi ekonomi rakyat. Salah satu visi jangka panjangnya adalah membentuk holding koperasi rakyat yang dapat mengelola aset dan rantai pasok secara kolektif, dari hulu hingga hilir.

Tak hanya itu, koperasi ini akan menjadi kanal distribusi dan edukasi ekonomi digital, energi terbarukan, dan sektor pertanian berkelanjutan. Semua dilakukan dengan pendekatan partisipatif—di mana rakyat tidak hanya menerima, tetapi terlibat aktif dalam perencanaan dan implementasi.

Bagaimana Skema Kerja dan Eksekusinya?

Program KDMP/KKMP akan dijalankan berbasis wilayah: desa dan kota. Di tingkat desa, koperasi akan fokus pada sektor-sektor seperti pertanian, peternakan, energi mikro, hingga pengelolaan sampah dan air bersih. Di perkotaan, koperasi akan mengembangkan sektor ekonomi digital, UMKM, hingga distribusi logistik dan energi.

Skema digital akan digunakan untuk memastikan transparansi, efisiensi, dan keterhubungan antaranggota. Di sinilah peran Danantara—platform digital nasional—menjadi sangat vital. Danantara akan menjadi backbone teknologi bagi koperasi-koperasi yang tergabung dalam ekosistem Merah Putih ini.

Kapan Program Ini Berjalan?

Tahapan awal program ini telah dimulai sejak 2024 melalui sejumlah pilot project di wilayah strategis. Selama 2025, Koperasi Merah Putih menargetkan ekspansi ke 100 wilayah baik di desa maupun kota, dengan melibatkan lebih dari 10.000 anggota aktif.

"Ini bukan proyek lima tahun, ini gerakan 20 tahun untuk menjemput masa depan Indonesia," kata Arie. Ia menambahkan, transformasi sosial-ekonomi membutuhkan komitmen jangka panjang, bukan proyek musiman.

Apa Dampak Langsungnya bagi Rakyat?

Jika berjalan sesuai rencana, Koperasi Merah Putih dapat menjadi contoh konkret bagaimana rakyat bisa memegang kendali atas aset dan nilai tambah ekonomi. Tidak hanya sebagai buruh atau konsumen, melainkan pemilik sah atas produksi dan distribusi.

Untung Sarwo Kaloko menekankan, koperasi ini juga akan menjadi ruang konsolidasi ideologi ekonomi Pancasila. “Kita ingin mengembalikan ekonomi bangsa kepada nilai-nilai asli, bukan meniru kapitalisme atau sosialisme luar,” ujarnya.

Hambatan yang Dihadapi

Sumber: