Pacu Jalur Riau, Warisan Budaya yang Jadi Sorotan Dunia: Lebih dari Sekadar Lomba Dayung

Pacu Jalur Riau, Warisan Budaya yang Jadi Sorotan Dunia: Lebih dari Sekadar Lomba Dayung

Tradisi pacu jalur di Riau--

RIAU.DISWAY.ID - Pacu Jalur Riau kini mencuri perhatian dunia. Pernahkah kamu membayangkan bagaimana lomba dayung ini tak hanya memamerkan kecepatan, tetapi juga menjadi simbol sejarah, budaya, dan persatuan masyarakat di Kuantan Singingi? Tradisi unik ini ternyata menyimpan kisah panjang yang sarat makna, seperti dilansir Disway.id, hari ini, 6 Juli 2025.

Pacu Jalur Riau: Bukan Hanya lomba dayung

Pacu Jalur Riau menyimpan akar sejarah yang sangat dalam. Dr. Zulfa Hanum, sejarawan kebudayaan dari Universitas Indonesia, menegaskan bahwa Pacu Jalur sudah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan Melayu di Riau. Awalnya, jalur atau perahu panjang menjadi alat transportasi utama di sungai. Perlombaan ini lalu berkembang menjadi ajang unjuk kekuatan, solidaritas, dan kegotongroyongan antar kampung.

“Pacu Jalur Riau bukan cuma perlombaan. Ia adalah ritual sosial yang sarat filosofi,” ujar Dr. Zulfa Hanum, seperti dikutip dari Disway.id, hari ini. Ia menjelaskan bahwa setiap jalur bukan sekadar perahu, melainkan benda sakral yang punya roh dan makna mendalam. Mulai dari proses pembuatan, pemberian nama, hingga ritual sebelum lomba, semuanya mencerminkan nilai-nilai budaya masyarakat Kuansing.

Momen Penting Sorotan Dunia

Menariknya, sorotan dunia terhadap Pacu Jalur Riau kian besar setelah tradisi ini diajukan sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. Prof. Dr. Wan Syaifuddin, Guru Besar Antropologi Budaya Universitas Indonesia, menyebut momentum ini sangat tepat untuk memperkenalkan kekayaan budaya Melayu ke panggung internasional.

“Pacu Jalur Riau bukan hanya soal mendayung cepat. Di dalamnya ada seni ukir perahu, irama lagu pengiring, pakaian adat, hingga semangat kebersamaan yang kental,” ujar Prof. Wan Syaifuddin. Ia menekankan bahwa meski mengalami sentuhan modernisasi, nilai-nilai luhur seperti musyawarah, kepemimpinan tukang tari (juru kemudi), dan semangat pantang menyerah tetap terjaga hingga hari ini.

Menurut Prof. Wan, Pacu Jalur Riau menjadi bukti bagaimana sebuah tradisi bisa beradaptasi tanpa kehilangan identitas aslinya. Ini pula yang membuat dunia menaruh perhatian lebih besar pada festival budaya yang satu ini.

Dari sekadar lomba dayung, Pacu Jalur Riau kini menjadi jendela budaya yang menyingkap keindahan sejarah, seni, dan nilai-nilai sosial masyarakat Kuansing. Tradisi ini layak dibanggakan, bukan hanya oleh Riau, tetapi oleh seluruh Indonesia. (Hasyim Ashari)

Sumber: