Pacu Jalur Riau: Rahasia Sakral di Balik Pembuatan Perahu Tradisional yang Mendunia

Pacu Jalur Riau: Rahasia Sakral di Balik Pembuatan Perahu Tradisional yang Mendunia

Festival Pacu Jalur, Kuantan Singingi, Riau (Mediacenter.riau)--

RIAU.DISWAY.ID -Pacu Jalur Riau” bukan cuma sekadar lomba dayung seru yang viral sampai mancanegara. Di balik kemegahan perlombaan, tersimpan kisah panjang, sakral, dan sarat makna yang bikin siapa saja makin kagum pada kearifan lokal Kuantan Singingi. Kamu pernah kepikiran, gimana sebenarnya proses bikin perahu Pacu Jalur yang legendaris itu? Spoiler: prosesnya nggak semudah memahat kayu biasa, lho!

Buat masyarakat Kuantan Singingi, Riau, jalur (nama untuk perahu panjang khas mereka) bukan cuma kendaraan buat balapan. Jalur adalah simbol budaya, kebanggaan, sekaligus warisan nenek moyang yang harus dijaga sepenuh hati. “Setiap kayu yang dipilih punya ruh, makanya prosesnya penuh ritual dan nggak bisa asal tebang,” kata Riko, salah satu pengrajin jalur di Kecamatan Kuantan Tengah.

Semua dimulai dari musyawarah kampung. Di sinilah para pemuka adat, tokoh masyarakat, pemuda, hingga kaum ibu duduk bareng demi satu tujuan: membuat jalur baru. Rapat ini bukan sekadar formalitas, karena di situ diputuskan siapa yang bakal memimpin prosesi, jenis kayu apa yang dipilih, dan bagaimana pembagian tugas warga.

Ritual Pemilihan Pohon: Sakral dan Mistis

Tahap berikutnya paling bikin merinding: pemilihan kayu di hutan. Jalur dibuat dari satu batang kayu utuh, tanpa sambungan sama sekali. Jenis kayunya nggak asal ambil. Yang paling populer adalah kayu banio, kulim kuyiang, atau kayu keras lain yang dipercaya kuat tapi juga lentur saat melaju di arus Sungai Kuantan.

Panjang batangnya minimal 25-30 meter, diameter 1-2 meter, dan wajib lurus sempurna. Konon, pohon jalur dipercaya dihuni mambang, roh penjaga hutan. Karena itu, seorang pawang adat memimpin ritual semah sebelum penebangan. Kalau tidak, katanya pohon bisa “menghilang” secara gaib!

“Kalau nggak minta izin dulu, bisa celaka. Pohonnya bisa nggak ketemu atau bahkan roboh sendiri sebelum ditebang,” ujar Riko sambil tertawa kecil, mengingat cerita mistis dari leluhurnya.

Proses Pengerjaan: Teliti dan Penuh Filosofi

Setelah izin alam didapat, barulah kayu ditebang pakai kapak dan beliung. Dahan dan ranting dipisahkan, ujung kayu dipotong sesuai ukuran jalur, lalu kulitnya dikupas bersih. Prosesnya detail banget, mulai dari pendadan alias meratakan bagian atas kayu, dilanjutkan mencaruk atau mengeruk bagian dalam supaya ketebalannya merata.

Ada pula tahap manggaliak, yaitu membalikkan kayu. Ini harus super hati-hati, supaya bentuk dan tebal jalur tetap seimbang. Bahkan, untuk mengukur ketebalan lambung, pengrajin melubangi kayu dengan alat khusus, kemudian lubangnya ditutup pasak. Benar-benar presisi!

Jalur kemudian dibentuk haluan dan kemudinya. Proses ini memadukan fungsi dan estetika. Lambung jalur dirancang ramping supaya meluncur cepat di sungai, sementara ukiran di sisi perahu memancarkan nilai seni tinggi. Motif ukiran biasanya punya filosofi tertentu, misalnya simbol keberanian, kebersamaan, atau penghormatan pada alam.

Gotong Royong Jadi Kunci

Hal yang paling bikin terharu adalah semangat kebersamaan. Jalur yang hampir selesai akan ditarik ramai-ramai ke kampung lewat prosesi maelo jalur. Bayangkan saja, perahu sepanjang belasan meter diangkut puluhan orang sambil diiringi musik tradisional. Selain fungsional, prosesi ini juga jadi simbol solidaritas warga.

Di kampung, jalur kembali dihaluskan, diasapi untuk memperkuat kayu, lalu dihias lebih detail. Setelah semua siap, tibalah puncak acara: upacara peluncuran ke sungai. Prosesi ini dikenal sakral karena dipercaya menjadi momen “kelahiran” jalur baru. Upacara biasanya dipimpin pemuka adat, diiringi doa, tabuhan gendang, dan ritual khusus sebagai wujud rasa syukur.

“Bukan cuma perahu, jalur itu roh kebersamaan kami. Kalau satu jalur menang, semua kampung bangga,” tutur Riko.

Jadi, saat kamu menonton serunya Pacu Jalur di Sungai Kuantan, ingatlah, ada kerja keras, ritual sakral, dan rasa cinta luar biasa yang tertanam di setiap jalur. Bukan cuma soal kecepatan mendayung, tapi juga cerita panjang tentang identitas, kebersamaan, dan warisan budaya yang bikin Pacu Jalur makin mendunia. (*)

Sumber: