Festival Pacu Jalur Riau Viral di TikTok, Tren Aura Farming Bawa Budaya Indonesia Mendunia

Festival Pacu Jalur Riau Viral di TikTok, Tren Aura Farming Bawa Budaya Indonesia Mendunia

Festival Pacu Jalur, Kuantan Singingi, Riau (Mediacenter.riau)--

RIAU.DISWAY.ID – Siapa sangka Festival Pacu Jalur, tradisi mendayung perahu panjang yang digelar setiap Agustus di Tepian Narosa, Taluk Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, kini mendunia berkat TikTok. Budaya lokal yang sudah ratusan tahun mengakar ini tiba-tiba viral lewat tren video pendek bernama “Aura Farming,” mencuri perhatian netizen global. Dari Jepang, Brasil, hingga Amerika Serikat, warganet ramai-ramai mengunggah rasa kagum mereka pada keunikan festival khas Riau ini.

Fenomena viral ini tak cuma soal festival, melainkan juga bagaimana budaya lokal bisa bertransformasi menjadi magnet digital yang menembus batas negara. Dalam tren Aura Farming, warganet ramai-ramai membuat video dengan potongan klip pendayung cilik Pacu Jalur. Gerakan khas memutar tangan dan mengayun badan para pendayung, sambil menjaga keseimbangan perahu yang melaju kencang, diiringi lagu “Young Black & Rich” karya Melly Mike, menciptakan aura percaya diri yang kini disebut sebagai “tokoh utama” vibes di dunia maya.

TikTok Bawa Pacu Jalur Jadi Sorotan Dunia

Menurut situs Know Your Meme, tren Aura Farming mulai viral sejak September 2024 dan terus meluas hingga 2025. Tak sekadar lucu-lucuan, tren ini dinilai jadi jembatan digital yang efektif memperkenalkan warisan budaya Indonesia ke panggung dunia.

“Fenomena ini bukan hanya kebanggaan bagi masyarakat Riau, tetapi juga menjadi bukti bahwa kearifan lokal kita punya daya tarik universal,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Roni Rakhmat, Rabu (2/7/2025).

Roni menilai viralnya Pacu Jalur adalah momentum emas yang harus dimanfaatkan untuk mendongkrak pariwisata Riau, terutama wisata berbasis budaya. “Kami sangat bangga, Pacu Jalur yang selama ini menjadi tradisi masyarakat Kuantan Singingi, kini mendapat tempat di hati masyarakat internasional. Ini adalah peluang besar untuk memperkenalkan Riau lebih luas lagi,” tambahnya.

Akar Budaya Pacu Jalur: Dari Transportasi ke Festival Raksasa

Pacu Jalur bukan sekadar perlombaan mendayung. Festival ini punya sejarah panjang yang berakar dari aktivitas keseharian masyarakat Kuantan Singingi. Dahulu, jalur atau perahu panjang digunakan sebagai sarana transportasi mengangkut hasil bumi dan penumpang antardesa sepanjang Sungai Batang Kuantan. Tradisi ini mulai berkembang menjadi ajang perlombaan sejak masa penjajahan Belanda pada 1890.

“Awalnya Pacu Jalur diadakan untuk memperingati hari lahir Ratu Belanda. Setelah Indonesia merdeka, tradisi ini dialihkan menjadi acara tahunan untuk merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia,” jelas Roni.

Hingga kini, Pacu Jalur menjadi ikon budaya nasional yang juga masuk agenda Kharisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Setiap Agustus, festival ini memikat ribuan penonton yang memadati tepian Sungai Kuantan. Sorak-sorai warga, tabuhan musik tradisional, dan semangat para pendayung menciptakan suasana yang luar biasa meriah.

Ritual dan Nilai Budaya di Balik Pacu Jalur

Menariknya, setiap jalur yang digunakan dalam perlombaan dibuat secara swadaya oleh masyarakat setempat. Biayanya bisa mencapai Rp100 juta per unit, menunjukkan betapa besarnya kecintaan warga terhadap tradisi ini. Satu perahu panjang biasanya didayung oleh 50–60 orang dengan pembagian peran yang unik, seperti tukang concang (pemberi aba-aba), tukang pinggang (pengemudi), tukang tari yang menambah nilai estetika, hingga tukang onjai yang bertugas menjaga irama perahu agar tetap seimbang.

Perlombaan Pacu Jalur sendiri dimulai dengan bunyi tiga letusan meriam karbit sebagai tanda start. Setelah itu, ratusan pendayung beradu cepat, mengayuh dengan penuh tenaga dan semangat, menyusuri Sungai Kuantan. Semua mata penonton tertuju pada perahu yang melaju, seolah tak berkedip menanti siapa yang akan tiba lebih dulu di garis finis.

“Ini bukan hanya lomba cepat-cepatan. Ada kebanggaan, kekompakan, dan nilai budaya yang luar biasa besar di dalam Pacu Jalur,” kata Roni menegaskan.

Dukungan Pemerintah Bagi Kelestarian Pacu Jalur

Pemerintah daerah maupun pusat terus mendukung kelestarian festival ini, baik melalui bantuan anggaran hingga ratusan juta rupiah setiap tahunnya maupun dalam bentuk hadiah lomba yang nilainya mencapai puluhan juta rupiah per kategori. Bahkan, ilustrasi Pacu Jalur karya Wastana Haikal sempat dipilih Google sebagai Doodle khusus Hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2022, menjadi bukti pengakuan internasional atas nilai budaya Pacu Jalur.

“Pemerintah selalu berusaha menjaga agar festival ini tetap berlangsung megah setiap tahun. Karena selain tradisi, Pacu Jalur juga menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat sekitar, mulai dari pedagang, pengrajin jalur, hingga sektor pariwisata,” ujar Roni.

Aura Farming, Jembatan Digital Budaya Lokal

Viralnya Pacu Jalur lewat tren Aura Farming dinilai menjadi tonggak penting promosi pariwisata budaya berbasis digital. Warganet global dibuat terpesona oleh kekompakan para pendayung cilik dan semangat yang memancar di wajah mereka. Komentar penuh kagum membanjiri video-video yang beredar di TikTok.

Sumber: