MTQ Riau ke-43: Dewan Hakim Diminta Tegakkan Marwah dan Objektivitas Penilaian

Sabtu 28-06-2025,22:30 WIB
Reporter : Sigit Nugroho
Editor : Sigit Nugroho

RIAU.DISWAY.ID – Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-43 tingkat Provinsi Riau bukan cuma soal mencari siapa qari dan qariah terbaik, tetapi juga menjadi ujian besar bagi kejujuran dan integritas Dewan Hakim. Pj Sekdaprov Riau, M Job Kurniawan, secara tegas mengingatkan para hakim agar menjunjung tinggi objektivitas dan marwah dalam menjalankan tugas penilaian.

“Objektivitas adalah marwah, keadilan adalah kehormatan, dan amanah adalah beban yang tak terlihat namun sangat berat di akhirat,” kata M Job Kurniawan dengan nada serius, saat memberi sambutan di Balai Kerapatan Wisma Daerah Bengkalis, Jumat (27/6/2025) malam.

MTQ Riau ke-43 resmi dibuka di Kabupaten Bengkalis dan diikuti ratusan peserta dari 12 kabupaten/kota. Event tahunan ini tak hanya menjadi ajang lomba baca Al-Qur’an, tetapi juga sekaligus syiar Islam dan wadah memperkuat budaya Melayu yang sarat nilai moral dan adab.

Warisan Melayu yang Harus Dijaga

Sebagai masyarakat Melayu, lanjut Job, Dewan Hakim memiliki tanggung jawab lebih besar karena memegang nilai-nilai warisan budaya yang luhur. Ia mengingatkan bahwa nilai tunjuk ajar Melayu selaras dengan ajaran Islam: selalu berpihak pada kebenaran, meski kadang tidak populer.

“Sebagai orang Melayu, kita punya warisan luhur yang disebut tunjuk ajar. Di dalamnya terkandung nilai-nilai hidup yang sejalan dengan Islam. Yang benar tetap benar walau tak populer, yang salah tetap salah walau disukai ramai. Kalau jadi penimbang, jangan condong sebelah. Kalau jadi penilai, jangan berat sebelah,” jelasnya panjang lebar.

Pernyataan Job sejalan dengan nilai-nilai MTQ sebagai ajang suci. Ia menekankan, tugas Dewan Hakim bukan hanya soal teknis menilai hafalan atau tajwid, tapi juga soal menjaga integritas agar hasil MTQ benar-benar mencerminkan kualitas terbaik.

Integritas Jadi Harga Mati

Menurut data Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Provinsi Riau, MTQ Riau tahun ini mempertandingkan 10 cabang lomba mulai dari tilawah, tahfiz, tafsir, hingga kaligrafi. Tentu, peran Dewan Hakim sangat sentral dalam menentukan siapa yang pantas membawa nama Riau ke level nasional, bahkan internasional.

“Inilah spirit yang mesti hidup dalam jiwa para Dewan Hakim. Berpeganglah pada ilmu, berpijak pada iman, dan bertindak dengan adab,” tegas Job Kurniawan lagi.

Job juga mengingatkan bahwa para pemenang bukan sekadar membawa pulang piala atau hadiah, melainkan akan menjadi duta Riau dalam ajang MTQ nasional hingga internasional. Karena itu, kualitas harus menjadi harga mati dalam proses penilaian.

“Kita pastikan para pemenang adalah mereka yang pantas, layak, dan benar-benar berkualitas. Karena mereka inilah yang akan membawa panji Riau sebagai duta Al-Qur’an di tingkat nasional dan internasional nantinya,” pungkasnya.

MTQ Sebagai Dakwah dan Ibadah

MTQ bukan hanya lomba baca Al-Qur’an. Bagi Job, MTQ punya makna lebih dalam sebagai sarana dakwah, ibadah, dan warisan peradaban. Ia mengajak seluruh masyarakat, tak terkecuali Dewan Hakim, agar menjadikan MTQ Riau ke-43 sebagai ajang untuk memperkuat ukhuwah dan menjaga martabat syiar Islam.

“Mari kita jadikan Musabaqah ini bukan sekadar perlombaan. Ini ibadah, dakwah, dan warisan peradaban. Mari kita jaga martabat MTQ ini sebaik-baiknya,” tutupnya.

Dengan semangat menjaga marwah, MTQ Riau ke-43 di Bengkalis diharapkan bisa melahirkan qari-qariah terbaik sekaligus mencetak generasi Qur’ani yang membawa harum nama Riau ke pentas lebih tinggi. (*)

 

Kategori :