Gulai Ikan Patin Khas Riau: Perpaduan Rasa, Sejarah, dan Warisan Budaya Melayu

Gulai Ikan Patin Khas Riau: Perpaduan Rasa, Sejarah, dan Warisan Budaya Melayu

Gulai ikan patin khas Riau (Istimewa)--

fin.co.id -Gulai ikan patin khas Riau bukan sekadar menu harian, tapi sebuah warisan kuliner yang kaya makna. Sudah pernah mencicipi gurihnya kuah rempah dengan potongan ikan patin lembut yang menggoda?

Perpaduan Rasa dari Sejarah Panjang Rempah Nusantara

Gulai ikan patin khas Riau menyimpan kisah panjang tentang akulturasi budaya dan kekayaan rasa. Sajian ini tidak hanya menggoda lidah, tapi juga merekam jejak pengaruh kuliner China, Arab, hingga India yang dibawa para pedagang ke tanah Melayu sejak berabad lalu.

Perpaduan rempah lokal dengan teknik memasak asing itulah yang melahirkan gulai patin sebagai ikon rasa dari bumi Lancang Kuning. Dari aroma kunyit, serai, lengkuas hingga cabai, semua berpadu membentuk kuah gulai yang kental dan nikmat. Potongan ikan patin berukuran besar menambah kenikmatan, terutama jika disantap hangat saat siang hari.

Patin, Ikan Sungai yang Dulu Biasa Kini Jadi Primadona

Ikan patin atau dikenal masyarakat Riau sebagai ikan baung, merupakan hasil tangkapan khas dari sungai-sungai besar seperti Sungai Siak, Kampar, Rokan hingga Indragiri. Dulu, warga hanya mengolah ikan ini dengan digoreng atau dibakar. Tapi seiring waktu dan pengaruh budaya asing, masyarakat mulai mengolahnya dengan beragam bumbu dan teknik memasak yang lebih kompleks.

Seperti dikutip dari laporan sejarah kuliner Melayu, masuknya pedagang Tiongkok dan Arab ke wilayah Riau membawa serta budaya rempah dan pengolahan masakan. Mereka mengenalkan cara-cara baru memasak, termasuk dalam mengolah ikan air tawar menjadi gulai yang kini menjadi ciri khas Riau.

Tak Hanya Warga Lokal, Wisatawan Asing pun Terkesima

Gulai ikan patin kini tak hanya jadi favorit warga lokal, tapi juga menarik minat wisatawan domestik dan mancanegara. Di banyak rumah makan khas Melayu Riau, menu ini selalu tersedia dan jadi andalan utama. Kuahnya yang kental dan rasa ikannya yang segar membuatnya cocok dipadukan dengan nasi panas dan sambal cabai hijau.

“Banyak wisatawan asing datang hanya untuk mencicipi gulai patin di Pekanbaru,” ujar salah satu pelaku kuliner tradisional di Jalan Sudirman, seperti dilansir dari laporan KompasTravel. Ia juga menyebut bahwa gulai patin kini jadi identitas kuliner yang diperkenalkan dalam berbagai event pariwisata dan promosi budaya Riau.

Produksi Patin Riau Capai Puluhan Ribu Ton per Tahun

Gulai ikan patin takkan eksis tanpa ketersediaan bahan baku yang melimpah. Beruntung, Riau punya sumber daya alam perairan sungai yang subur. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Riau, total produksi ikan patin pada 2020 mencapai 30.967 ton.

Daerah penyumbang tertinggi adalah Kabupaten Kampar dengan 21.549 ton, disusul Pelalawan 3.498 ton, Indragiri Hulu 1.405 ton, dan Pekanbaru 1.818 ton. Bahkan, Indragiri Hulu membangun Tugu Patin sebagai bentuk penghargaan terhadap pentingnya ikan ini dalam perekonomian dan budaya masyarakat.

Kesimpulan: Gulai Patin Bukan Sekadar Masakan, Tapi Identitas Daerah

Gulai ikan patin khas Riau adalah bukti bahwa makanan bisa menjadi cerminan budaya, sejarah, dan kebanggaan suatu daerah. Dari sungai-sungai Riau hingga meja makan rumah-rumah modern, gulai ini tetap eksis sebagai simbol cita rasa dan kekayaan kuliner lokal.

Jadi, jika kamu berkunjung ke Riau, pastikan gulai patin masuk daftar wajib kuliner yang harus dicoba. Karena dari satu suap, kamu akan merasakan warisan ratusan tahun dalam harmoni rasa yang tak terlupakan. (*)

 

Sumber: