Telkomsel Kehilangan Arah? Market Share Anjlok dan Investasi Digital Belum Cuan

Sabtu 19-04-2025,18:57 WIB
Reporter : Reza
Editor : Reza

JAKARTA, DISWAY.ID - Kinerja Telkomsel, operator seluler terbesar di Indonesia, terus menunjukkan tren negatif selama tiga tahun terakhir.

Sejak 2022, perusahaan yang berada di bawah naungan Telkom Indonesia ini mengalami penurunan pendapatan yang signifikan, menyusutnya margin keuntungan, hingga berkurangnya jumlah pelanggan aktif.

Berdasarkan data resmi yang dirilis Telkom Indonesia pada Jumat, 18 April 2025, pendapatan Telkomsel yang sempat mencapai Rp10,7 triliun di tahun 2022, anjlok menjadi hanya Rp8,4 triliun pada akhir 2024.

Kondisi ini menjadi sinyal peringatan serius bagi industri telekomunikasi nasional, khususnya bagi dominasi Telkomsel yang selama ini sulit digoyahkan.

Salah satu indikator paling mencolok adalah penurunan pangsa pasar Telkomsel. Pada 2021, Telkomsel menguasai 56,2% market share layanan seluler.

Namun angka ini terus menurun hingga hanya tersisa 48,9% pada 2023. Artinya, Telkomsel kehilangan sekitar 7,3% pangsa pasar dalam kurun waktu tiga tahun.

Sementara itu, pesaing seperti Indosat Ooredoo Hutchison dan XL Axiata justru terus memperkuat posisi mereka melalui strategi harga yang lebih agresif dan kolaborasi layanan digital yang inovatif.

Strategi Data yang Belum Optimal

Dalam era digital yang semakin mengandalkan layanan data, strategi monetisasi data Telkomsel dinilai belum optimal.

Meskipun masyarakat Indonesia semakin bergeser dari layanan suara dan SMS ke data, Telkomsel belum mampu memaksimalkan peluang ini secara efektif. Ini berdampak langsung pada stagnasi pendapatan rata-rata per pengguna (ARPU), yang sejak 2020 hanya berada di kisaran Rp44.000 hingga Rp48.000. Di akhir 2024, ARPU bahkan kembali turun ke Rp44.000—angka yang sama seperti lima tahun lalu.

Investasi Tinggi, Hasil Minim

Telkomsel juga menghadapi tekanan dari sisi operasional. Besarnya biaya untuk ekspansi jaringan 4G dan pengujian teknologi 5G belum memberikan imbal hasil yang sepadan.

Selain itu, diversifikasi ke bisnis digital yang coba dilakukan Telkomsel belum menunjukkan hasil yang signifikan dalam menambah sumber pendapatan baru.

Pendapatan dari layanan legacy dan broadband juga terus menurun, dari Rp10,407 triliun pada 2021 menjadi Rp8,447 triliun di 2024. Pertumbuhan negatif di sektor broadband mencapai -11,7% selama tiga tahun terakhir, yang menandakan semakin beratnya tantangan yang dihadapi.

Kombinasi antara kehilangan pangsa pasar, stagnasi ARPU, hingga meningkatnya beban operasional menjadi tantangan besar yang harus segera direspons oleh Telkomsel.

Tanpa langkah strategis yang cepat dan tepat, posisi dominan Telkomsel di pasar telekomunikasi nasional bisa terus tergerus oleh pesaing yang lebih adaptif dan inovatif.

Kondisi ini menjadi momen penting bagi Telkomsel untuk melakukan transformasi menyeluruh, baik dari sisi teknologi, produk, hingga pendekatan terhadap konsumen digital masa kini.

Kategori :