RIAU, DISWAY.ID - Siapa sangka lahan gambut yang dikenal "bermasalah" justru melahirkan emas hitam yang kini jadi rebutan? Dunia perkopian tanah air tengah dihebohkan oleh fenomena Kopi Liberika Meranti. Jika biasanya pohon kopi butuh ketinggian ribuan meter di atas permukaan laut (mdpl), varietas unik ini justru tumbuh subur di dataran rendah yang tingginya hanya satu meter saja dari bibir pantai. Ini bukan sekadar kopi biasa, ini adalah simbol perlawanan terhadap keterbatasan lahan!
Anda mungkin sering mendengar bahwa lahan gambut tidak subur karena tingkat keasamannya yang ekstrem. Namun, masyarakat Desa Kedaburapat di Kabupaten Kepulauan Meranti berhasil mematahkan stigma tersebut. Mereka melakukan inovasi gila dengan menyulap lahan yang dianggap "sulit" menjadi perkebunan kopi yang produktif. Hasilnya? Sebuah cita rasa unik yang tidak akan Anda temukan pada jenis Arabika maupun Robusta manapun di dunia.
Inovasi Lahan Gambut: Rahasia di Balik Kehebatan Liberika Meranti
Membangun kebun kopi di atas gambut ternyata bukan perkara mudah dan butuh kesabaran ekstra. Para petani harus memadatkan tanah gambut selama 3 hingga 4 tahun terlebih dahulu sebelum mulai menanam. Proses ini krusial untuk menjaga stabilitas dan kualitas tanaman nantinya. Tak hanya itu, mereka juga menggunakan kapur pertanian atau dolomit untuk menetralkan kadar asam tanah yang tinggi. Strategi ini terbukti ampuh menghasilkan kopi dengan karakter yang sangat kuat dan khas.
Tahukah Anda? Di seluruh Indonesia, hanya ada dua wilayah yang tercatat sukses melakukan inovasi budidaya kopi di lahan gambut. Selain Kuala Tungkal di Jambi, Desa Kedaburapat di Kepulauan Meranti menjadi pemain kunci yang membawa nama Indonesia ke panggung internasional. Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa potensi desa jika dikelola dengan teknologi dan niat yang tepat, bisa menghasilkan komoditas kelas dunia yang bikin bangga.
Kopi Nganu: Sosok di Balik Meledaknya Nama Liberika Meranti
Kepopuleran Kopi Liberika Meranti tidak lepas dari tangan dingin para penggiat kopi lokal. Roni Suprianto, owner Kopi Nganu sekaligus praktisi roastery kawakan, menjadi salah satu sosok yang konsisten mengangkat pamor kopi ini. "Awalnya kami hanya menjual kopi Arabika dan Robusta. Untuk Liberika sendiri, awalnya jarang sekali orang yang tahu," ungkap Roni saat berbincang pada Rabu (17/12/2025).
Roni mengakui bahwa memperkenalkan varietas ini butuh upaya pemasaran yang sangat kuat. Namun, ia tidak menyerah. Melalui Kopi Nganu yang berdiri sejak 2019, ia memberikan edukasi langsung kepada pelanggan yang datang. Tujuannya mulia: menciptakan kecintaan masyarakat Riau terhadap produk lokal mereka sendiri. Sejak tahun 2022, Kopi Nganu fokus mendistribusikan Liberika Meranti setelah berhasil mengamankan suplai dari prosesor terpercaya yang biasa melakukan ekspor ke Singapura dan Malaysia.
Harga Bersaing, Kualitas Mendunia
Bagi Anda yang penasaran ingin mencicipi sensasi "Kopi Gambut" ini, Kopi Nganu menawarkan berbagai pilihan paket yang cukup terjangkau namun tetap eksklusif. Berikut adalah rincian harganya:
- Kemasan 100 gram: Rp44.000
- Kemasan 250 gram: Rp100.000
- Kemasan 500 gram: Rp183.000
- Kemasan 1 kilogram: Rp332.000
- Kopi seduh di tempat: Hanya Rp20.000 saja!
Harga ini tergolong kompetitif mengingat proses budidayanya yang sangat sulit dan ketersediaannya yang terbatas dibandingkan jenis kopi lainnya. Tak heran jika stoknya sering menjadi rebutan para kolektor dan penikmat kopi sejati.
Pasar Nasional Mulai Melirik, Warga Perantauan Jadi Pelanggan Setia
Kini, pasar Kopi Liberika Meranti tidak lagi terbatas di wilayah Provinsi Riau saja. Roni menjelaskan bahwa pesanan mulai berdatangan dari berbagai penjuru tanah air. "Sekarang pasarnya sudah luas, sudah mencakup nasional. Terutama warga Riau yang sedang di perantauan, seperti di Jakarta, kalau mereka kangen kopi Liberika ya belinya di sini," tambah Roni dengan nada bangga.
Fenomena ini membuktikan bahwa Liberika Meranti memiliki tempat spesial di hati konsumen. Rasanya yang khas dan cerita di balik proses penanamannya menjadi nilai jual yang sangat tinggi di mata kaum urban yang haus akan narasi produk yang autentik.
Lebih dari Sekadar Minuman: Simbol Keberlanjutan Lingkungan
Bagi banyak pihak, Kopi Liberika bukan hanya soal kafein. Tanaman ini adalah simbol potensi lokal yang mampu bersaing di pasar global secara berkelanjutan. Karakter pohonnya yang tahan terhadap serangan hama menjadikannya kandidat kuat untuk pertanian masa depan. Apalagi, Liberika sangat cocok dibudidayakan dengan sistem agroforestri.
Metode ini memadukan tanaman kopi dengan pohon-pohon hutan asli. Dampaknya sangat luar biasa: produktivitas lahan terjaga, keanekaragaman hayati terlindungi, dan kelestarian lingkungan gambut tetap terjamin. Dengan menikmati secangkir Kopi Liberika Meranti, Anda secara tidak langsung ikut berkontribusi dalam menjaga ekosistem lahan gambut Indonesia dari kerusakan. Jadi, sudah siap mencoba kopi paling eksotis tahun ini? (*)