RIAU, DISWAY.ID – Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru pada Kamis (27/11/2025) menjadi saksi bisu momen emosional. Tujuh nyawa yang tengah berjuang melawan penyakit jantung kronis diberangkatkan. Mereka adalah rombongan pasien rujukan yang Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau fasilitasi untuk menjalani pengobatan intensif di Rumah Sakit Nasional di Jakarta. Ini bukan sekadar janji, melainkan uluran tangan kemanusiaan yang menjadi tumpuan harapan baru bagi para pasien dan keluarga.
Di ruang tunggu VIP bandara, suasana haru bercampur dengan motivasi membara. Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau, SF Hariyanto—didampingi Plt Kepala Dinas Kesehatan Riau, Heri Permana—hadir langsung. Kehadiran pemimpin daerah ini memberikan energi semangat yang tak ternilai.
Dengan kehangatan seorang ayah, Anto, sapaan akrab gubernur, langsung mendekati Widya. Widya adalah kakak dari seorang bayi berusia tujuh bulan yang divonis menderita kelainan jantung bawaan. Anto menunjukkan perhatian yang mendalam, menyadari betapa gentingnya situasi ini.
"Ini usianya berapa bulan? Harus ditangani secepatnya," tanya Anto penuh perhatian, seraya memanjatkan doa tulus untuk kesembuhan sang bayi mungil tersebut. Anto juga berbagi pengalaman personal. Ia menegaskan bahwa dirinya pun pernah mengalami penyakit jantung, memberikan suntikan motivasi yang personal, “Kita harus semangat!”
Rosma Dewi dan Aisyah: Beban Berat yang Terangkat Seketika
Sorot mata Rosma Dewi, ibu dari Aisyah (10), seorang gadis kecil yang juga didiagnosis kelainan jantung bawaan, memancarkan rasa terima kasih yang mendalam. Aisyah, dengan senyum kecil yang menyembunyikan keberanian besar, duduk tenang di pelukan ibunya.
Bagi Rosma, bantuan dari Pemprov Riau ini adalah penyelamat sejati. Pemprov menanggung seluruh biaya, mulai dari tiket pesawat pulang pergi, hingga akomodasi dan biaya hidup selama di Jakarta. Ini adalah beban finansial berat yang seketika terangkat dari pundak keluarga mereka yang berjuang.
"Makasih banyak telah membantu kami. Semoga anak saya bisa kembali besok dengan keadaan sehat," ucap Rosma lirih. Doa sederhana itu mewakili seluruh perjuangan, keputusasaan, dan kini harapan besar yang mereka bawa.
Impian Remaja M. Teguh: Ingin Hidup Normal dan Tertawa Lepas
Perjuangan melawan penyakit serius ini tidak hanya dialami anak-anak. M. Teguh Nasihin, seorang remaja 18 tahun, juga duduk tegar menatap Plt Gubri. Teguh mengutarakan impiannya yang paling mendasar, mewakili harapan universal para pejuang kesehatan.
"Saya ingin sembuh, ingin hidup seperti orang lain, bisa olahraga tanpa takut, bisa tertawa tanpa memikirkan sakit lagi," katanya dengan penuh ketulusan.
Harapan Teguh adalah cerminan tekad kuat untuk kembali merengkuh masa muda yang normal, sebuah keinginan universal yang didengar langsung oleh pemimpin daerahnya. Momen ini menegaskan bahwa kebijakan kesehatan publik harus selalu berakar pada kebutuhan dan impian rakyat.
Pesan Pamungkas Gubernur: Teknologi dan Spiritual Kunci Kesembuhan
Sebelum melepas keberangkatan, Anto memberikan pesan pamungkas yang menyentuh. Ia mengakui kemajuan teknologi medis yang kian canggih, namun ia mengingatkan bahwa ada satu kekuatan tak tergantikan dalam proses penyembuhan: keteguhan hati dan spiritualitas.
"Sekarang alat sudah canggih-canggih. Ingat ya, harus berdoa. Kita sudah berusaha, tapi doa yang tetap membantu kita," pesannya. Dalam era serba modern, kata-kata bijak ini menegaskan bahwa iman, harapan, dan dukungan spiritual tetaplah oase yang tak pernah kering bagi pasien dan keluarga.
Komitmen Penuh Pemprov Riau: Dana Bukan Lagi Halangan
Langkah rujukan ini merupakan manifestasi tanggung jawab nyata dari Pemerintah Daerah Riau. Anto secara tegas menjamin, Pemprov Riau memastikan setiap warganya memperoleh hak atas pelayanan kesehatan yang layak. Ia menjamin bahwa fasilitas kesehatan kali ini ditanggung sepenuhnya oleh Pemprov Riau.
"Kita biayai semuanya. Mulai dari tiket pesawat pulang pergi, penginapan, dan biaya berobat," tegas Anto.
Komitmen luar biasa ini membuktikan bahwa program kesehatan daerah tidak hanya berhenti pada janji politik, melainkan diwujudkan melalui dukungan logistik dan finansial penuh. Langkah ini secara efektif menghilangkan kekhawatiran finansial yang seringkali menjadi penghalang terbesar bagi pasien kurang mampu untuk mengakses pengobatan terbaik di ibu kota.